hai sebatang lilin temaram kecil sang penjemput senja...
tatkala hati dan nurani enggan, bahkan takut untuk menatap dunia, kau memberikan sepercik sinar harapan untuk ku bersembah.
kejinya mentari menyengat ubun-ubun, teralihkan dengan temaram kecilmu, pelita dalam sebuah cangkir pengharapan engkau berdiri. Dalam kesunyian sepi, dalam kegelapan malam , dirimu memberikan sebuah pengharapan itu. Dalam gelapnya dunia yang tak bertuan, aku memandang sepercik pelita itu darimu.
Temaram kecilku, masikah engkau bertahan memberikan pengharapan bagi diriku yang kehausan? dalam bahtera kehidupan yang sedang berjalan pada alur kenyataan aku seaakan takut menatap kegelapan, takut akan menyusuri langkah yang pekat dalam ketakberdayaan... dapatkah lilin temaram kecilku?
aku disini masih berharap ....
hai sebuah robekan kertas kecil, kini akan kutorehkan sebuah kata dengan makna elegi yang mendera.
?tidakkah semunya aneh bagiku? semua baru! aku tak mampu untuk mendaki puncak ketinggian mimpi itu. hai wahai sebuah robekan kertas kecil, engkau tahu bagaimana diriku ini di lahirkan, bahkan tuhanku pun menciptakan kekuatan fisik yang lemah. namun itu bersanding kukuh dengan mentalku yang baja.
caci , hina, maki, dan segala bentuk kegundahan telah tertelan dengan sempurna di tenggorokanku. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, itu yang kutahu. segala bentuk sifat manusia kina telah kutelaah dengan baik.
hai wahai sebuah robekan kertas kecil, aku sedang mempersiapkan mentalku yang lebih pada sebuah kata-kata. Kambing hitam, ya, itu memang benar adanya. Ketika seseorang yang lemah hanya mampu menorehkan teriakan nya melaluimu, mereka tertawa dengan segala amarahnya. Apakah ini sebuah Lingkar kebisuan? menurutku iya, hanya mampu menangis di dalam hati, menjerit didalam batin dan mengutuki nasib didalam keremangan.
sebuah robekan kertas kecil. seperti apa nasib kita ? akankah dibuang seperti sampah yang tidak berguna?
selamat tidur robekan kertas kecil .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar