Minggu, 03 Juni 2018

Pulang Kerangkulan Tana Samawa



Semakin Kau Kenali Sumbawa, Semakin Jatuh Cinta Kau Terhadapnya

mudik Episode #1 



Lebih dari setengah tahun sudah saya pergi merantau meninggalkan Pulau Sumbawa. Pada dasarnya saya memang seorang nomaden yang tidak memiliki daerah asal. Tetapi setelah lebih dari empat tahun hidup dan tumbuh di Sumbawa, kini Sumbawa lah menjadi tanah pertiwi saya.
Pantai Sekongkang Sumbawa Barat (2015) #kisah ngetrip jelajah Pulau Sumbawa

Sumbawa? Banyak yang masih salah kaprah mengenai Sumbawa dan Sumba. Ketika saya cerita tentang Sumbawa ke beberapa rekanan kerja, banyak dari mereka bertanya apakah sudah gampang air bersih di sana? seberapa terpencilkan daerah itu? dan masih banyak pertanyaan absurd lainnya.  Hehe…
Sontak saya tertawa dong dengan spontanitas mereka. Sumbawa dan Sumba adalah dua daerah yang berbeda. Berbeda suku, berbeda wilayah, berbeda karakteristik orangnya, dan pastinya beda pulau.
Sumbawa terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa adalah salah satu pulau terbesar di NTB. Sedangkan Sumba adalah sebuah pulau setelah Pulau Sumbawa. Lebih tepatnya, Sumba terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jangan samakan orangnya. Berbeda itu pasti. Tetapi kami sama-sama manusia dan memiliki hati kok.
Oke sekilas tentang Sumbawa dan Sumba sudah cukup banyak di bahas di Internet. Jadi jangan salah lagi yang membedakan keduanya.

Semakin Cinta Semakin Rindu
Bukan! Bukan ! ini bukan tentang romansa dua insan manusia kok. Tetapi ini tentang sebuah kerinduan akan pulau eksotis yang yang masih perawan. Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Sejak merantau kembali ke tanah Jawa, kerinduan terhadap Sumbawa sudah tak terbuncah lagi. Segala sisinya selalu membuat merindu. Mungkin tuhan menciptakannya sambil tersenyum.
Sebab, setiap sudut Sumbawa selalu meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. Empat tahun menempa ilmu di Pulau Sumbawa membuat saya belajar banyak hal. Belajar tetang kehidupan, belajar tentang kemanusiaan, belajar tentang sebuah penghargaan dan pengharapan.
Bulan Ramadan ini adalah Ramadan ke tiga saya. Tentunya momen lebaran jadi momen yang sakral bangi sebagai besar masyarakat Indonesia.dan juga untuk saya.
Istimewanya, sekarang saya mampu merasakan mudik. MUDIK? Yes actually saya yang nomaden ini tidak punya asal daerah yang pasti. Sebut saja saya Indonesia.
Di Sumbawa saya menemukan keluarga. Di Sumbawa saya menemukan sebuah rumah tempat kembali pulang. Sebuah keluarga kecil yang mengajarkan saya banyak hal melebihi keluarga sedarah saya.
Itulah momen berharga yang tak terbayangkan sebelumnya. Memiliki sebuah keluarga dan diharap-harap untuk bisa bersama dimomen bahagia Idul Fitri.
Sebagai orang yang pertama kalinya merasakan mudik, tentunya saya bingung dengan berbagai kebutuhan yang harus disiapkan. Disini saya akan floor-kan sedikit bayangan mudik menurut saya. 

Duit Saya Cukup Tidak Ya?
Kalau punya rencana mudik, pasti harus saving money yang kuat. Parahnya, tabungan saya belum seberapa. Hanya tersedia beberapa digit saja di rekening. Apakah cukup?
”tekad yang utama bung” itu bisikan teman-teman.
Yes, benar sekali. Kalau mikir tabungan akan cukup atau tidak pasti gak akan cukup. Yang penting dijalani saja.
Kebutuhan utama kalau mudik otomatis adalah money for transportation. Berat banget bung!!! Apalagi di momen lebaran seperti ini. Harga tiket pesawat tentu tidak murah.
Banyak akses sebenarnya untuk menuju Sumbawa. Transportasi darat, laut dan udara. Semuanya bisa. Tetapi sekarang kita cerita rasional saja. Gak enaknya kerja sebagai jurnalis yang waktu kerjanya unconditionally yang seperti ini. Was-was bisa dapat libur saat momen penting seperti ini atau tidak. Tapi syukurlah masih ada libur yang memanusiakan manusia.
Cari-cari tiket dengan harga tebaik ?
H-14 tentu sudah terlambat banget. Gak bakalan dapat deh tiket yang harganya signifikan. Biasanya ke Sumbawa direct flight bisa dengan modal Rp 800 ribu. Sekarang gak bakal bisa. Kuncinya pasrah dan terima yang ada saja. Di berbagai situs internet perbedaan harga tentu gak bakalan signifikan. Berbeda beberapa ribu doang. Okelah ribuan itu bisa jadi benefit plus situ situ.
Booking recipt via Tiket.com

Disini cerita tiket pesawat dan timing nya bakal menjadi cerita panjang. Jadi jangan bosan untuk simak.
Keputusan final pembelian tiket diputuskan dengan proses yang sangat lama sekali. Alasanya, karena direct flight Surabaya-Sumbawa sudah tidak ada yang murah. Adanya tiket dengan harga premium. OMG .……….!!!
Jalan satu-satunya adalah adalah trip estafet. Trip estafet seperti ini sudah sering saya lakukan. Tapi momen lebaran pastinya akan berbeda rasanya.
Oke trip estafet ke Sumbawa ini tetap bisa me-manage waktu dengan baik kok. Flight bisa dilakukan dari Surabaya ke Lombok.Waktu tentu sangat penting bagi jurnalis seperti saya.
Setelah dari lombok, perjalanan dilakukan tergantung takdir. Delay masih menjadi penyakit maskapai pilihanku yang murah meriah ini. Jadi takdir nanti yang bakal nentukan alur cerita Trip Estafet ini berujung kemana. 
Kalau trip ini lancar, perjalanan after flight bisa dilakukan dengan travel elf jurusan Mataram-Sumbawa yang rumornya punya jadwal terakhir jam 20.00 WITA. Sedangkan landing schedule saya jam 18.10 WITA. Semoga masih bisa menyusul.
Jika takdir berkata lain bagaimana? Caranya yang cari transportasi yang gampang untuk menuju pelabuhan Kayangan Lombok. Selanjutnya menggunakan Kapal Ferry menuju Pelabuhan Poto Tano. Sesampainya disana, lanjut mencari transportasi yang memungkinkan untuk menuju Kabupaten Sumbawa. Tepatnya di Sumbawa Besar.
Cerita trip estafet ini akan berlanjut di hari H. Saya bakal tulis detail perjalan dengan terperinci. Mulai detik awal saya melangkah keluar dari kamar kos-kosan. (semoga tidak lebay)


NOTED:
Preparing Item
Apa saja yang mau dibawa? Tentunya saya tidak tahu. Haha….
Anggap saja mudik layaknya sebuah liburan yang cukup panjang. Jadi item penting yang harus saya siapkan adalah kebutuhan layaknya traveling biasanya. Nothing special. Cuma carrier, kamera, dan juga bawa diri hehe.