Dunia
kejurnalistikan merupakan pilar informasi masyarakat yang dapat membuat sebuah
evolusi, bahkan revolusi dalam suatu Negara dapat mengendalikan arus pemikiran
humani Negara tersebut. Dunia media massa merupakan potret kondisi politik
suatu Negara. Video jurnalistik atau lebih disebut dengan televise merupakan
teknologi pengembangan dari media jurnalistik cetak yang menyajikan informasi
melalui audio visual kepada khalayak.
Pada hakikatnya, hajat hidup pertelevisian dipengaruhi
oleh banyak tidaknya advertaising atau periklanan yang masuk. Namun tidak semua dari televise di Indonesia
menggantungkan hidupnya pada periklanan. Ada salah satu stasiun televise yang tidak
sepenuhnya dapat disebut sebagai televise komersil, yakni Televisi Republik
Indonesia (TVRI). TVRI menjadi akses utama pemerintahan dalam menyampaikan
kebijakannya sehingga TVRI dikenal pula dengan julukan televise nasional.
Televise hasil
bentukan Presiden pertama Indonesia, bapak Ir. Soekarno pada tahun 1962 ini,
85% mendapatkan dana oprasionalnya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), sedangkan 15 % lainnya didapatkan dari komersial advertaising atau
periklanan (non APBN). Ketergantungan TV nasional pada dana APBN ini
mengakibatkan tidak adanya pengendalian secara internal dalam instansi
pertelevisian ini, sebab pemegang kendali utama didalamnya ialah politik Negara
itu sendiri. Bahkan untuk menetralisir unsur kepolitikan dalam pemerintah TVRI terpaksa
harus mengesampingkan unsur dan aturan jurnalistik baku.
Keterbatasan
dana APBN serta kebijakan terbatasinya system komersial berupa iklan
mengakibatkan tebatasnya pula kendali pengembangan perusahaan baik secara
jangakauan, maupun keberagaman program tayangan. Padahal, dalam penayangannya,
TVRI lebih condong untuk mengeksplorasi jati diri kebudayaan Indonesia yang
mendidik. Kesadaran yang minim dari stasiun televise lain atau televise swasta
yang lebih mengarah pada penayangan hiburan modern dan periklanan komersial
seakan ingin melepaskan citra kulturalis dalam balutan busana Indonesia.
Dari realitas
miris pertelevisian swasta Indonesia, menampakan adanya kepentingan komersial
belaka sehingga mengurangi aspek kualitas dari programnya. Jika dilihat dari tujuan
utama media massa yaitu menyampaikan informasi yang mendidik, TVRI lah satu-satunya
televise yang tetap mempertahankan program tanyangan tentang kebudayaan
Indonesia yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan membangun kesadaran rasa
nasionalisme. Namun, dengan tujuan yang terhormat, TVRI justru tidak
mendapatkan dukungan yang pantas dari pemerintah. Terbukti dari adanya
pemotongan dana APBN untuk TVRI sehingga mengakibatkan goyahnya satasiun
televise nasional tersebut. Padahal, untuk mensosialisasikan rasa kepemilikan
akan budaya Indonesia melalui tayangan audio visual sendiri, haruslah
mendapatkan dukungan yang besar berupa financial dan moril dari pemerintah
pusat.
Seolah berkeluh
kesah kepada generasi penerus bangsa yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Teknologi Sumbawa pada hari kamis, 28 Agustus 2014, Ari Purnomo Aji
selaku direktur utama TVRI Pusat di daerah Senayan, Jakarta Pusat, dalam
diskusi media massa video jurnalistik menyampaikan beberapa kenyataan dan fakta
mengenai pertelevisian yang bergerak dibawah kendali pemerintah. “Keterbatasan
kami yang disebabkan oleh minimnya dana APBN untuk TVRI, menimbulkan
kemerosotan dari kami jika disorot dari segi kuantitas maupun kualitas kami,
seperti kurang maksimalnya pemanfaatan teknologi penyiaran, contohnya saja di
daerah indonesia sendiri masih terdapat banyak daerah yang tidak bisa jaringan
kami menjangkaunya, padahal stasiun televise swasta sudah lama masuk di sana.”
Ujar beliau pada diskusi tersebut.
Kemunduran
kualitas sumber daya manusia (SDM) tentu saja tidak dapat dihindari oleh
seluruh karyawan sebab persoalan financial yang memang sensitive dalam sebuah
oprasional. Namun secara internal TVRI tetap menuntut keprofesionalan dari
karyawannya. Jalan pintas lain untuk mengatasi keterbatasan dari TVRI, yaitu
dengan merevisi pola karakteristik pemberitaan yang dibuat semakin mendidik
tanpa ada unsur pembodohan masyarakat.
APBN Negara
memang sangat menentukan hidup dan mati dari TVRI, namun dengan kesederhanaan
dan minimalnya dana untuk oprasional,
TVRI terus berusaha untuk memberikan informasi yang mendidik serta berkualitas
dan tetap berpegang teguh pada tujuan utamanya yaitu menanamkan jati diri
bangsa Indonesia yang kaya akan suku dan budaya yang harus dijaga oleh setiap
warga Negara Indonesia sehingga timbulah rasa memiliki akan budaya itu sendiri.
visit : UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
visit : UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar