Jumat, 27 Februari 2015

Sumbawa : Jangan Cuek Dong, Tuh Ada Mr. and Mrs.

Duduk-duduk santai menjelang malam memuncak sudah menjadi rutini kaum sosialita dan juga kaum muda. Apakah semua kegiatan nongkrong malam hari (sebutan) bisa dikatakan positif? ya , tentunya tergantung dari tujuannya. Kalau hanya untuk berhura-hura tentu saja negatif di mata beberapa kalangan, tetapi jika untuk menyambung sillaturahim dengan kerabat, sahabat dan teman-teman tentunya sangat positif. 

Seperti malam ini aku sedang duduk dengan nyamannya di atas rerumputan di taman Monas, Sumbawa. Mengapa sibut taman monas ? Aslinya, taman ini memang disertai ornamen tugu dengan ukuran sedang yang kurang lebih mirip monas di belangan Jakarta Pusat, tapi memang tugu yang satu ini berukuran mini dan tidak ada emas nya di puncak tugunya. Sebutan Tugu Monas di Sumbawa ini memang sudah terkenal di kalangan anak muda sampai anak yang sudah tak lagi muda alias tua. 
Tempat tugu Monas ini memang setrategis. Kalau aku dan beberapa teman-teman kampusku sering menyebutnya sebagai Triengle of economic karena memang di sini taman nya berbentuk segitiga dan disekitarnya banyak pedagang-pedangang Kaki lima yang membuka lapaknya untuk memanjakan perut pengunjung. 
Segelas Wedang jahe telah terhidang dengan menggodanya di hadapanku. Menu favorit orang-orang yang sering berkunjung kesini memang warung STMJ yang menyediakan beraneka ragam wedang; dan juga warung sate dan soto madura. Berani anee jamin rasanya gak kalah deh sama buatan ibu di rumah. 
Kuedarkan pandanganku kesegala penjuru untuk sejenak mengamati rutinikas kaum muda dan sosialita yang sedang asik dengan dunianya. Memang benar sekali kalau tempat ini sangat digemari mereka, suasananya memang cozy banget.

(Untuk Foto tugu Monas menyusul ya , gak sempat foto-foto)


Ada banyak juga kok tempat yang sering digunakan muda mudi untuk nongkrong, contohnya ini.





(Tugu Adipura - sering digunakan anak-anak muda untuk nongkrong juga) foto by. NDP








Tugu adipura memang paling ramai bukan karena orang yang nongkrong banyak, tapi karena tempatnya yang berada di pertigaan dengan RSUD di samping nya dan Supermarket disampingnya lagi.

Selama 2 tahun tinggal di kota Sumbawa Besar, banyak perubahan yang telah kusaksikan dari kota ini, mulai dari infrastruktur yang semakin membaik, fasilitas publik yang pantas, dan juga berkembangnya pendatang yang ingin mencoba mengadu nasib di kota kecil ini. Intensitas penduduk memang kasat mata terlihat sangat meningkat, kalau aku sendiri menilainya dari jumlah aktivitas masyarakat yang sekarang mulai ramai dimalam hari. 
Lantas bagaimana dengan turist-turist internasional? apakah ada yang berkunjung kesini? tentu saja ada! 
First, karena daya tarik pariwisata yang masih alamai yang menjadi alasan utama turist-turist itu datang. Second, mereka ingin menikmati suasana lain dari indonesia yang kaya akan budaya. dan banyak dh alasan mereka untuk datang kesini. Thrith, budaya lokal yang memang masih keren , seperti peninggalan-peninggalan kerajaan Sumbawa yang masih terjaga. 




                   (Istana Dalam Loka - Istana Tua Sumbawa) foto by. Furbata 




Tapi sayang seribu sayang, masyarakat lokal disini kuarang begitu ramah terhadap turist internasional, tidak ramah mereka bukan berarti kasar atau apalah-apalah gitu. Tapi kebanyakan dari mereka lebih memilih cuek dan tak acuh jika ada turist yang sedang jalan-jalan di kotanya ini. Bagaimana Sumbawa mau dikenang di hati mereka kalau masyarakatnya gitu. Mungkin saja karena keterbatasan kemampuan bahasa asing yang mereka kuasai sehingga jalan terbaik untuk mereka adalah diam, jika ngomong bahasa inggris salah, gengsi booooooo'. (mungkin itu yang dipikiran mereka) 
Tapi tau enggak, kalau turist-turist itu malah senang loh ngobrol sama masyarakat lokal, Kata Kang Guru nih sebagai Guru bahasa inggris dan sahabatku, " contoh saja seperti di Bali, dulu pasti masyarakat bali juga gak pintar-pintar amat kok sama yang namanya bahasa Inggris, tapi karena mereka mau mencoba dan tidak pemalu, yahhh jadilah bali seperti sekarang ini. "

Ada salah satu temanku dari Hungaria yang beberapa hari lalu berkunjung diSumbawa. Sebenarnya itu orang di temukan Kang Guru di jalan, itu Turis namanya sulit banget disebutin, Le ve.... siapa gitu (entahlah, ingatanku kurang dengan nama orang). Dia baru saja menempuh perjalanan darat dari Pelabuhan Sape (Ujung Timur Pulau Sumbawa). Uniknya si Lele (aku nyebutnya gitu aja ya) orangnya asik, dia bilang "You are first local person who invited me to speak today." 
"wait here for a minutes, i'll to buy my favorite food, you're must try it." lanjutnya. 

Dan apakah kalian tahu, favorite food nya si Lele ini adalah Martabak telor dengan irisan cabe di adonannya. He said " I've bought a couple of hours ago, but now I want to buy it again, because it tastes very good." 
"so spaicy" komentarku dan Kang Guru bersamaan ketika mencobanya. 

Gila ni bule, doyan banget sama yang pedes-pedes, biasanya turis-turis kan gak banyak yang doyan pedes, doyannya juga gak sepedas si Lele ini. 
"it's different spaicy, in my country used a paper, but here All of food used chilli. i like it somuch." ocehnya. 

Nah sebenarnya asik kok kalau masyarakat lokal sumbawa bisa SKSD ( sok kenal sok dekat) sama turis internasional , karena mereka memang orangnya asik banget. Dan tentunya semakin menambah ilmu kita tentang negara lain dan komunikasi kita dengan bahasa Asing, seperti aku ini nih yang sering SkSd dengan siapapun.
Orang bule aja mau pelajari bahasa kita, masa kita enggak sih. Malu dong sama berbie!!!! 

Catatan Harian Mahasiswa Perantauan : Singapore come True

"Bagaimana ujiannya?" ujar salah satu temanku. Tentu saja tidak aneh bagiku mereka menanyakan bagaimana ujian semester 3 yang baru saja usai. Aku mengikuti ujian dalam keadaan badan yang kurang baik, dan tentunya tanpa belajar sedikitpun. Aku hanya bermodalkan "bissmilahirohmanirohim" 

------
lelah letih dan semangat kini mulai terbayar dengan hasil yang ku peroleh dari semester 3 ini. Dengan perolehan Indek Prestasi yang sangat memuaskan yakni 3,97 aku hanya mampu bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah terlimpahkan untukku. 

Ternyata kabar bahagia itu tidak hanay sampai disini, dari perjuanganku selama beberapa semester belakangan ini, bisa membawaku terbang ke Singapura untuk sejenak menikmati nuansa negara maju nan megah ini dengan gratis. ya! ada sebuah pemilihan Tim Explore singapore yang diadakan oleh universitasku, dan tentunya diminati oleh banyak mahasiswa khususnya di jurusanku. 

10 orang tim telah terpilih untuk perwakilan dari Fakultas Ilmu komunikasi, dan aku menjadi salah satunya. bermodalkan kemauan yang tinggi, mimpi tidaklah mustahil untuk di raih. 



Rasa antusiasme semakin memuncak ketika prihal diadakannya program Explore Singapore ini untuk pelatihan jurnalistik khususnya travel writting , dan tentunya di penuhi tantangan-tantangan luar biasa yang nantinya akan kami temui disana. 

sebagai mahasiswa perantauan yang notabene prinsip bertahan hidup yang kuat, tidak mematahkan semangat ku untuk dapat meraih mimpi-mimpi, yakni menjadi penulis yang berbakat, menjadi pengajar yang handal dan banyak lagi lainnya. Kita hanya memerlukan satu kunci yakni kemuan. Dengan adqnya keinginan untuk maju dan bermanfaat bagi sesama niscaya ada jalan terbaik untuk kita mewujudkannya.

Aku menanamkan dalam-dalam dihati bahwa segalanya akan mungkin asal diiringi dengan usaha, dan disinilah aku akan memulai segalanya untuk menjadi lebih baik. Bersama timku, bersama teman-temanku dan sbersama orang-orang yang mendukungku. 
Langkah yang baik untukku agar semakin termotivasi untuk mau bermimpi setinggi-tingginya. Jangan pernah beranggapan bahwa sangat konyol memimpikan hal yang mustahil. Sekarang siapa sangka, aku, anak yatim piatu tanpa harta peninggalan orang tuaku, dan dibuang oleh keluarga besar kini mendapatkan tempat yang dianggap pantas oleh mereka , ya , mereka para malaikat tak bersayap. 

jangan ragu untuk bermimpi, dan jangan malu untuk meraih mimpi. semua akan nyata jika kita melangkah, bukan hanya menatap.