Semakin Kau Kenali Sumbawa, Semakin Jatuh Cinta Kau Terhadapnya
mudik Episode #1
Lebih dari setengah tahun sudah
saya pergi merantau meninggalkan Pulau Sumbawa. Pada dasarnya saya memang
seorang nomaden yang tidak memiliki daerah asal. Tetapi setelah lebih dari
empat tahun hidup dan tumbuh di Sumbawa, kini
Sumbawa lah menjadi tanah pertiwi saya.
Sumbawa?
Banyak yang masih salah kaprah mengenai Sumbawa dan Sumba.
Ketika saya cerita tentang Sumbawa ke beberapa rekanan kerja, banyak dari mereka bertanya apakah sudah gampang air bersih di sana? seberapa terpencilkan daerah itu? dan masih banyak pertanyaan absurd lainnya. Hehe…
Sontak saya tertawa dong dengan
spontanitas mereka. Sumbawa dan Sumba adalah
dua daerah yang berbeda. Berbeda suku, berbeda wilayah, berbeda karakteristik
orangnya, dan pastinya beda pulau.
Sumbawa
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa
adalah salah satu pulau terbesar di NTB. Sedangkan Sumba adalah sebuah pulau
setelah Pulau Sumbawa. Lebih tepatnya, Sumba
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jangan samakan orangnya. Berbeda itu
pasti. Tetapi kami sama-sama manusia dan memiliki hati kok.
Oke sekilas tentang Sumbawa dan Sumba sudah cukup banyak di bahas di Internet. Jadi
jangan salah lagi yang membedakan keduanya.
Semakin Cinta Semakin Rindu
Bukan! Bukan ! ini bukan tentang
romansa dua insan manusia kok. Tetapi ini tentang sebuah kerinduan akan pulau
eksotis yang yang masih perawan. Pulau Sumbawa
Nusa Tenggara Barat.
Sejak merantau kembali ke tanah
Jawa, kerinduan terhadap Sumbawa sudah tak
terbuncah lagi. Segala sisinya selalu membuat merindu. Mungkin tuhan
menciptakannya sambil tersenyum.
Sebab, setiap sudut Sumbawa selalu meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.
Empat tahun menempa ilmu di Pulau Sumbawa membuat saya belajar banyak hal.
Belajar tetang kehidupan, belajar tentang kemanusiaan, belajar tentang sebuah
penghargaan dan pengharapan.
Bulan Ramadan ini adalah Ramadan ke
tiga saya. Tentunya momen lebaran jadi momen yang sakral bangi sebagai besar
masyarakat Indonesia.dan juga untuk saya.
Istimewanya, sekarang saya mampu
merasakan mudik. MUDIK? Yes actually saya
yang nomaden ini tidak punya asal daerah yang pasti. Sebut saja saya Indonesia.
Di Sumbawa saya menemukan
keluarga. Di Sumbawa saya menemukan sebuah rumah tempat kembali pulang. Sebuah
keluarga kecil yang mengajarkan saya banyak hal melebihi keluarga sedarah saya.
Itulah momen berharga yang tak
terbayangkan sebelumnya. Memiliki sebuah keluarga dan diharap-harap untuk bisa
bersama dimomen bahagia Idul Fitri.
Sebagai orang yang pertama
kalinya merasakan mudik, tentunya saya bingung dengan berbagai kebutuhan yang
harus disiapkan. Disini saya akan floor-kan sedikit bayangan mudik menurut
saya.
Duit Saya Cukup Tidak Ya?
Kalau punya rencana mudik, pasti
harus saving money yang kuat. Parahnya, tabungan saya belum seberapa. Hanya
tersedia beberapa digit saja di rekening. Apakah cukup?
”tekad yang utama bung” itu
bisikan teman-teman.
Yes, benar sekali. Kalau mikir tabungan akan cukup atau tidak pasti
gak akan cukup. Yang penting dijalani saja.
Kebutuhan utama kalau mudik
otomatis adalah money for transportation.
Berat banget bung!!! Apalagi di momen lebaran seperti ini. Harga tiket pesawat tentu
tidak murah.
Banyak akses sebenarnya untuk
menuju Sumbawa. Transportasi darat, laut dan
udara. Semuanya bisa. Tetapi sekarang kita cerita rasional saja. Gak enaknya
kerja sebagai jurnalis yang waktu kerjanya unconditionally yang seperti ini.
Was-was bisa dapat libur saat momen penting seperti ini atau tidak. Tapi
syukurlah masih ada libur yang memanusiakan manusia.
Cari-cari tiket dengan harga
tebaik ?
H-14 tentu sudah terlambat
banget. Gak bakalan dapat deh tiket yang harganya signifikan. Biasanya ke Sumbawa direct
flight bisa dengan modal Rp 800 ribu. Sekarang gak bakal bisa. Kuncinya
pasrah dan terima yang ada saja. Di berbagai situs internet perbedaan harga
tentu gak bakalan signifikan. Berbeda beberapa ribu doang. Okelah ribuan itu
bisa jadi benefit plus situ situ.
Booking recipt via Tiket.com |
Disini cerita tiket pesawat dan
timing nya bakal menjadi cerita panjang. Jadi jangan bosan untuk simak.
Keputusan final pembelian tiket
diputuskan dengan proses yang sangat lama sekali. Alasanya, karena direct flight
Surabaya-Sumbawa sudah tidak ada yang murah. Adanya tiket dengan harga premium.
OMG .……….!!!
Jalan satu-satunya adalah adalah
trip estafet. Trip estafet seperti ini sudah sering saya lakukan. Tapi momen
lebaran pastinya akan berbeda rasanya.
Oke trip estafet ke Sumbawa ini tetap bisa me-manage waktu dengan baik kok.
Flight bisa dilakukan dari Surabaya ke Lombok.Waktu tentu sangat penting bagi jurnalis seperti saya.
Setelah dari lombok, perjalanan
dilakukan tergantung takdir. Delay masih menjadi penyakit maskapai pilihanku
yang murah meriah ini. Jadi takdir nanti yang bakal nentukan alur cerita Trip Estafet
ini berujung kemana.
Kalau trip ini lancar, perjalanan
after flight bisa dilakukan dengan travel elf jurusan Mataram-Sumbawa yang
rumornya punya jadwal terakhir jam 20.00 WITA. Sedangkan landing schedule saya
jam 18.10 WITA. Semoga masih bisa menyusul.
Jika takdir berkata lain
bagaimana? Caranya yang cari transportasi yang gampang untuk menuju pelabuhan
Kayangan Lombok. Selanjutnya menggunakan Kapal Ferry menuju Pelabuhan Poto
Tano. Sesampainya disana, lanjut mencari transportasi yang memungkinkan untuk
menuju Kabupaten Sumbawa. Tepatnya di Sumbawa Besar.
Cerita trip estafet ini akan
berlanjut di hari H. Saya bakal tulis detail perjalan dengan terperinci. Mulai
detik awal saya melangkah keluar dari kamar kos-kosan. (semoga tidak lebay)
NOTED:
Preparing Item
Apa saja yang mau dibawa?
Tentunya saya tidak tahu. Haha….
Anggap saja mudik layaknya sebuah
liburan yang cukup panjang. Jadi item penting yang harus saya siapkan adalah
kebutuhan layaknya traveling biasanya. Nothing special. Cuma carrier, kamera, dan juga bawa diri hehe.