Minggu, 03 Juni 2018

Pulang Kerangkulan Tana Samawa



Semakin Kau Kenali Sumbawa, Semakin Jatuh Cinta Kau Terhadapnya

mudik Episode #1 



Lebih dari setengah tahun sudah saya pergi merantau meninggalkan Pulau Sumbawa. Pada dasarnya saya memang seorang nomaden yang tidak memiliki daerah asal. Tetapi setelah lebih dari empat tahun hidup dan tumbuh di Sumbawa, kini Sumbawa lah menjadi tanah pertiwi saya.
Pantai Sekongkang Sumbawa Barat (2015) #kisah ngetrip jelajah Pulau Sumbawa

Sumbawa? Banyak yang masih salah kaprah mengenai Sumbawa dan Sumba. Ketika saya cerita tentang Sumbawa ke beberapa rekanan kerja, banyak dari mereka bertanya apakah sudah gampang air bersih di sana? seberapa terpencilkan daerah itu? dan masih banyak pertanyaan absurd lainnya.  Hehe…
Sontak saya tertawa dong dengan spontanitas mereka. Sumbawa dan Sumba adalah dua daerah yang berbeda. Berbeda suku, berbeda wilayah, berbeda karakteristik orangnya, dan pastinya beda pulau.
Sumbawa terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa adalah salah satu pulau terbesar di NTB. Sedangkan Sumba adalah sebuah pulau setelah Pulau Sumbawa. Lebih tepatnya, Sumba terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jangan samakan orangnya. Berbeda itu pasti. Tetapi kami sama-sama manusia dan memiliki hati kok.
Oke sekilas tentang Sumbawa dan Sumba sudah cukup banyak di bahas di Internet. Jadi jangan salah lagi yang membedakan keduanya.

Semakin Cinta Semakin Rindu
Bukan! Bukan ! ini bukan tentang romansa dua insan manusia kok. Tetapi ini tentang sebuah kerinduan akan pulau eksotis yang yang masih perawan. Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Sejak merantau kembali ke tanah Jawa, kerinduan terhadap Sumbawa sudah tak terbuncah lagi. Segala sisinya selalu membuat merindu. Mungkin tuhan menciptakannya sambil tersenyum.
Sebab, setiap sudut Sumbawa selalu meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. Empat tahun menempa ilmu di Pulau Sumbawa membuat saya belajar banyak hal. Belajar tetang kehidupan, belajar tentang kemanusiaan, belajar tentang sebuah penghargaan dan pengharapan.
Bulan Ramadan ini adalah Ramadan ke tiga saya. Tentunya momen lebaran jadi momen yang sakral bangi sebagai besar masyarakat Indonesia.dan juga untuk saya.
Istimewanya, sekarang saya mampu merasakan mudik. MUDIK? Yes actually saya yang nomaden ini tidak punya asal daerah yang pasti. Sebut saja saya Indonesia.
Di Sumbawa saya menemukan keluarga. Di Sumbawa saya menemukan sebuah rumah tempat kembali pulang. Sebuah keluarga kecil yang mengajarkan saya banyak hal melebihi keluarga sedarah saya.
Itulah momen berharga yang tak terbayangkan sebelumnya. Memiliki sebuah keluarga dan diharap-harap untuk bisa bersama dimomen bahagia Idul Fitri.
Sebagai orang yang pertama kalinya merasakan mudik, tentunya saya bingung dengan berbagai kebutuhan yang harus disiapkan. Disini saya akan floor-kan sedikit bayangan mudik menurut saya. 

Duit Saya Cukup Tidak Ya?
Kalau punya rencana mudik, pasti harus saving money yang kuat. Parahnya, tabungan saya belum seberapa. Hanya tersedia beberapa digit saja di rekening. Apakah cukup?
”tekad yang utama bung” itu bisikan teman-teman.
Yes, benar sekali. Kalau mikir tabungan akan cukup atau tidak pasti gak akan cukup. Yang penting dijalani saja.
Kebutuhan utama kalau mudik otomatis adalah money for transportation. Berat banget bung!!! Apalagi di momen lebaran seperti ini. Harga tiket pesawat tentu tidak murah.
Banyak akses sebenarnya untuk menuju Sumbawa. Transportasi darat, laut dan udara. Semuanya bisa. Tetapi sekarang kita cerita rasional saja. Gak enaknya kerja sebagai jurnalis yang waktu kerjanya unconditionally yang seperti ini. Was-was bisa dapat libur saat momen penting seperti ini atau tidak. Tapi syukurlah masih ada libur yang memanusiakan manusia.
Cari-cari tiket dengan harga tebaik ?
H-14 tentu sudah terlambat banget. Gak bakalan dapat deh tiket yang harganya signifikan. Biasanya ke Sumbawa direct flight bisa dengan modal Rp 800 ribu. Sekarang gak bakal bisa. Kuncinya pasrah dan terima yang ada saja. Di berbagai situs internet perbedaan harga tentu gak bakalan signifikan. Berbeda beberapa ribu doang. Okelah ribuan itu bisa jadi benefit plus situ situ.
Booking recipt via Tiket.com

Disini cerita tiket pesawat dan timing nya bakal menjadi cerita panjang. Jadi jangan bosan untuk simak.
Keputusan final pembelian tiket diputuskan dengan proses yang sangat lama sekali. Alasanya, karena direct flight Surabaya-Sumbawa sudah tidak ada yang murah. Adanya tiket dengan harga premium. OMG .……….!!!
Jalan satu-satunya adalah adalah trip estafet. Trip estafet seperti ini sudah sering saya lakukan. Tapi momen lebaran pastinya akan berbeda rasanya.
Oke trip estafet ke Sumbawa ini tetap bisa me-manage waktu dengan baik kok. Flight bisa dilakukan dari Surabaya ke Lombok.Waktu tentu sangat penting bagi jurnalis seperti saya.
Setelah dari lombok, perjalanan dilakukan tergantung takdir. Delay masih menjadi penyakit maskapai pilihanku yang murah meriah ini. Jadi takdir nanti yang bakal nentukan alur cerita Trip Estafet ini berujung kemana. 
Kalau trip ini lancar, perjalanan after flight bisa dilakukan dengan travel elf jurusan Mataram-Sumbawa yang rumornya punya jadwal terakhir jam 20.00 WITA. Sedangkan landing schedule saya jam 18.10 WITA. Semoga masih bisa menyusul.
Jika takdir berkata lain bagaimana? Caranya yang cari transportasi yang gampang untuk menuju pelabuhan Kayangan Lombok. Selanjutnya menggunakan Kapal Ferry menuju Pelabuhan Poto Tano. Sesampainya disana, lanjut mencari transportasi yang memungkinkan untuk menuju Kabupaten Sumbawa. Tepatnya di Sumbawa Besar.
Cerita trip estafet ini akan berlanjut di hari H. Saya bakal tulis detail perjalan dengan terperinci. Mulai detik awal saya melangkah keluar dari kamar kos-kosan. (semoga tidak lebay)


NOTED:
Preparing Item
Apa saja yang mau dibawa? Tentunya saya tidak tahu. Haha….
Anggap saja mudik layaknya sebuah liburan yang cukup panjang. Jadi item penting yang harus saya siapkan adalah kebutuhan layaknya traveling biasanya. Nothing special. Cuma carrier, kamera, dan juga bawa diri hehe. 

Selasa, 10 Maret 2015

Pelabuhan Badas Sumbawa - Tempat Cozy buat Senja

"cin cin fotoin yang background nya kapalya." ujar salah satu gadis remaja di belakangku. 



Well, inilah Pelabuhan Badas Sumbawa, yang menurut pandanganku adalah tempat ter-cozy buat nikmatin senja di the exo island  -  Pulau Sumbawa.  suguhan pemandangan yang segar dengan kenaturalan yang ada, membuat Pelabuhan Badas Sumbawa ini menjadi salah satu tempat gandrungan pemuda-pemudi lokal, Termasuk diriku yang tidak pernah bosan mengunjungi port sederhana ini untuk memanjakan mata. 
Jaraknya gak terlalu juh dari kota Sumbawa Besar, hanya sekitaran 10-15 menit perjalanan darat kearah barat pulau. Kalau mau simple ya bawa kendaraan sendiri, tapi kalau gak mau capek tau apalah-apalah, ya pakai ojek atau taxi (DiSumbawa sudah ADA TAXI lohhhhhhhhh!!!!!). 

Pelabuhan Badas ini gak segile pelabuhana-pelabuhan lainnya. Pertama, pelabuhan ini bukan pelabuhan penumpang, Badas Port ini adalah pelabuhan khusus kapal barang; Kedua, intensitas kapal masuk sangat sedikit karena pelabuhan ini untuk kapal-kapal barang yang ukurannya besar.Jadi Aktifitas pekerja disini sangat jarang. Pasti lu-lu pada bertanya-tanya pada diriku "ada apa sih di port itu bray ?"

Yang pertama adalah ada tempat santai untuk duduk-duduk bersila di sepanjang tanggul pemisah daratan dan laut. Sebenarnya tanggul ini milik salah satu prusahaan aspalt, tapi entah mengapa masyarakat di bolehkan masuk (mungkin karena jarang ada gawean). Tempat ini yang menurutku dangat pas buat nikmatin pemandangan laut biru dengan gerombolan awan-awan musim hujan yang mengukir keindahan laingit. Disini juga tempatnya anak-anak remaya yang doyan foto buat mengabadiakan momen, ada yang selfie, ada juga yang mirip seperti fotografer pro-. 
Memang eangle ini sangat apik, jika kita menghadap ke laut arah timur, kita bisa menyaksikan pemandangan pelabuhan yang di penuhi kapal-kapal besar, landskep semenanjung menangis, dan juga teluk yang menjorok tempat kapal-kapal nelayan berlabu. 

"1 -2-3....cekrekkkk" 
tidak sedikit orang yang mengabadikan momen di pelabuhan ini dengan berfoto-foto ria. 
Melihatnya saja, mampu memberika aura positif untuk kita. Well, ketika orang berbahagia, pastilah aura positif itu memancar. Diriku juga ingin mengabadikan momen disini dong yahhhhh... :D 



Kedua, di pelabuhan ini bisa dibilang sebagai salah satu tempat mancing yang paling aman dan hemat. Kalau biasanya orang ingin mancing memerlukan sebuah sampan, dan berurusan dengan gelombang yang ajegile, disini, karena pelabuhan ini terbuat dari timbunan dan dari tanggul-tanggul maka kedalaman nya juga lumayan. And in this place, banyak banget orang yang mancing cumi. Jadi susanya ramai disini bukan dari pekerja-pekerja kapal dan pabrik, tapi dari pengunjung yang untuk memancing juga. 

Kalau matahari mulai menunjukan tanda-tanda akan sirna di penghujung hari, maka momen inilah yang paling kutunggu. Suasana mulai meremang, semua orang mulai melebarkan senyumannya, angin laut mulai membuai manja indra peraba kita. Dan warna laut yang dari oranye mulai memudar kehitaman, saat inilah lampu-lampu kapal mulai menyala. and it's perfect. 

Sore hari dengan soasanya ceriannya diisi dengan puluhan orang bersantai di pinggiran laut, dan menikmat matahari terbenam dengan berfoto ria. Menjelang malam berubahlah suasana itu menjadi romantis. Sebab keremangan malam dihiasi kerlap-kerlip lampu kapal dan deretan orang-orang tang memancing semakin bertambah, semakin pas dan komplit. 

Kelaparan?waduh , itu sih juga problem diriku saat pertama kali kesini. Jadi buat menjaga kestabilan perut-perut jahanam ini, biasanya pengunjung akan membawa makan dari luar. Tenang aja, sepanjang perjalanan menuju port badas ini, banyak kok yang menjual snack sama gorengan, jadi bisa di bungkus dan di makan disini. Tapi kalau sudah terlanjur dilokasi ya mau gimana lagi, disini ada kok penjual kelliling yang menjajakan makanan seperti bakso, rasany lumayan dan ngirit di kantong kok. 

Jadi kalau cari suasana yng berbeda, yang gratis dan murah, kunjungi tempat santai ini. walau sebenarnya kita pengunjung ilegal. Dan sebelum ada peraturn yang melarang masyarakat untuk memasuki wilayah pelabuhan, manfaatkanlah kesempatan. Oke... see yaaaaaahhhhh....


Salam manis dari Pelabuhan Badas Sumbawa Besar, NTB. 


Minggu, 01 Maret 2015

BUDAYA SUMBAWA : PASAJI PONAN , SESEDEKAHAN UNTUK PANEN (FESTIVAL BUDAYA- PASAJI PONAN)

Indonesia, Negara yang terdiri dari pulau-pulau yang membentang dengan beribu ragam budaya yang berbeda-beda. Budaya selalu menjadi ciri khas dari suatu daerah.dan kadang melalui kegiatan adata banyak pembelajaran yang bisa di berikan kepada orang lain, baik itu generasi muda, pengunjung dan masyarakat sekitar.  Seperti Kirap Kereta Kencana dan Pusaka-pusaka di Yogyakarta, Kegiatan Ngaro di suku Tengger Gunung Bromo, dan juga masih banyak yang lainnya. Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki kegiatan adat yang sama halnya ternilai sacral bagi penganutnya. Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan yang merupakan perayaaan rasa syukur masyarakat karena telah berhasil melakukan penanaman padinya tanpa halang rintangan dan berharap agar panen mereka akan berlangsung lancar pula. Kegiatan yang berlangsung secara rutin setiap tahunnya ini telah dilakukan sejak berabat-abad lalu dan diwariskan dari generasi kegenerasi.
Mayarakat pelaksana kegiatan dari Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan adalah masyarakat Desa Bekat, Desa Malili dan Desa Poto. Sebagian  besar pekerjaan dari ketiga masyarakat desa tersebut adalah sebagai petani. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa Desa Bekat, Malili dan Poto kecamata Moyo Hilir merupakan lumbung padi bagi wilayah Kabupten Sumbawa dengan luas persawahan dan tegalan sekitar  ± 10.000 hektar.
Pengunjung Pasaji Ponan - by. Wahyu Arief

Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan berlangsung selama 2 hari. Biasanya bisa di tandai dengan mulai munculnya kuncup pada padi-padi yang masyarakat tanam. Biasanya pada pertengahan Februari-Maret. Malam harinya yakni pagelaran seni tradisional yang diadakan di lapangan desa Poto.

(sesedekahan yang masih tertutup tudung saji.)

Hari Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan berlangsung pada keesokan harinya. Pra-acara yakni pembacaan surat Al-Quran sembari menunggu masyarakat serta pengunjung hadir. Tempat diadakannya Pasaji Ponan ini adalah disebuah makam di tengah persawahan,p dimana masyarakat yang membawa makanan-makanan yang untuk disedekahkan harus berjalan kaki sejauh kira-kira 3 kilometer. Anehnya, pengunjung dari tahun ketahun semakin bertambah, pada tahun 2015  pengunjung Pasaji ponan diperkirakan sekitar 10.000 jiwa. Rasanya musatahil untuk menempatkan orang sekitar 10.000 an tersebut pada sebidang tanah makam dengan ukuran yang tidak begitu besar. Mungkin hal ini luput dari perhatian orang-orang, namun sungguh mistis, ketika semua pengunjung tiba, tidak sekalipun ditemui kepadatan atau kesesakan dari sebidang tanah makam itu. Hal tersebut masih menjadi sebuah misteri.
Makanan yang akan disedekahkan masyarakat ketiga desa itu pada acara Pasaji Ponan merupakan makanan tradisional yang terbuat dari bahan baku beras.

sesedekahan yang telah dibuka tudung sajinya
Namun ada pula yang menyajikan buah berupa pisang yang merupakan hasil dari sawah mereka pula. 
Menurut tuturan warga pelaksana Pasaji Ponan, tidak boleh adanya goreng-gorengan dalam sajian sedekah ponan, dikarenakan akan murkanya para leluhur.

Setelah masyarakat lokal dan pengunjung hadir, acara dimulai dengan pembacaan Tahlil yang merupakan inti dari kegiatan Pasaji Ponan ini. Karena inti dari kegiatan ini adalah berdoa, maka pengunjung juga dianjurkan untuk turut mengikuti atau menghormati orang-orang yang sedang berdoa.

(acara tahlilan)

Acara ditutup dengan disajikannya makanan-makanan sedekahan dari masyarakat untuk pengunjung. Uniknya lagi disini, masyarakat saling berebut untuk mendapatkan makanan sesedekahan itu. Makanan tersebut ditempatkan di tengah-tengah kumpulan orang-orang dan pengunjung, dan ketika dibuka penutup saji nya, maka masyarakat dan pengunjung akan berebutan untuk mengambil makanan tersebut. Tentunya saya tidak melewatkan momen yang mengasikan ini. Saya pun ikut berbaur dengan masyarakat lainnya untuk berebut makanan.

(acara berebut makanan sesedekahan )

Ketika acara usai masyarakat dan pengunjung mulai meninggalkan area pemakanam, fenomena ini tidak luput dari pandangan saya, pengunjung yang jumlahnya ribuan tersebut kini kembali nampak ketika melewati jalan setapak di pematang sawah. Bagaikan ular naga yang panjang sekali, rentetan pengunjung yang pulang tersebut seolah tidak putus.

(Deretan pengunjung usai acara)
Tanda Tanya besar dalam benak saya, kemana orang-orang itu tadi, kok rasanya tidak mungkin mereka disini semua. Itulah keunikan dari Pasaji Ponan.

Sejarah Pasaji Ponan.

Mulanya, Pasaji Ponan atau sedekah ponan di lakukan oleh masyarakat Desa mekat, Desa Malili, dan Desa Poto untuk menghormati dan memohon perlindungan kepada leluhur mereka. Terbukti dari dilaksanakannya kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini di sebuah makam keramat yang dikenal dengan nama Makan H. Batu. Makam H. Batu merupakan salah satu leluhur masyarakat ketiga desa tersebut. Namun ada beberapa makam lain pula yang terdapat disekitar makam H.Batu yang dilansir juga merupakan luhur dari ketiga desa itu. Tempat makam tersebut berada di Pemakaman Ponan desa Poto Kecamatan Moyo Hilir. Sehingga kegiatan persembahan dan sedekah masyarakat ini diadakan di pemakaman tersebut.
Memasuki dunia modern dengan adanya kepercayaan terhadap Agama yang kental di daerah tersebut yakni Agama Islam, Unsur dari Kesakralan Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan itu mulai meluntur akibat adanya Pro dan Kontra dari masyarakat sekitar.

Pro dan Kontra Pasaji Ponan

Sebagian masyarakat mulai menganggap bahwa kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan itu merupakan kegiatan musrik dikarenakan masyarakat dituntun untuk berdoa dan memohon perlindungan kepada sebuah makam yang dianggap keramat. Menurut ajaran Agama Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakt ketiga desa tersebut, penyembahan hal yang selain Allah SWT itu adalah kegiatan musrik.
Adapula masyarakat yang beranggapan bahwa menurut Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini haruss dilakukan demi kelancaran panen mereka kelak. Menurut pengakuan pemuda setempat ,sejarahnya ketika pernah ditiadakan kegiatan pasaji Ponan ini dengan awal mula Pro dan Kontra itu ada, terjadi kegagalan panen yang membuat Masyarakat ketiga desa itu merugi. Sehingga sebagian orang-orang tersebut beranggapan bahwa kegagalan panen yang terjadi para leluhur telah murka dan ada pula mereka yang beranggapan bahwa tanah yang amat subur di desa Mekat, Malili dan Poto ini merupakan tanah sumpah dari leluhur.

DINAS PARIWISATA Sebagai Jembatan

Memalui kedua pendapat kubu masyarakat yang pro dan kontra tentang penyelenggaraan kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini, dinas pariwisata Kabupaten Sumbawa akhirnya turut serta dalam menjempatani antar keduanya. Pertama dengan dianggapnya kegiatan Pasaji Ponan   ini sebagai kegiatan festival budaya yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata budaya di Kabupaten Sumbawa.  Sehingga anggapan bahwa tujuan dari kegiatan ini sebagai penghormatan kepada leluhur sedikit luntur dan beralih menjadi kegiatan semacam pesta rakyat dengan unsure kebudayaan yang kuat.

tanda cagar budaya Makam H.Batu
Kedua, dengan di angkatnya Makam H. Batu di Pemakaman Ponan sebagai salah satu benda cagar budaya yang merupakan benda peninggalan purbakala yang harus dilindungi.

Ketiga, dibumbuinya kegiatan Pasaji Ponan dengan hiburan pagelaran seni yang di adakan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata. Dengan demikian pekara pro dan kontra mengenai Pasaji Ponan dapat diredam dengan anggapan bahawa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang positif untuk melesatarikan budaya dan pengembangan pariwisata lokal. 



Berikut Beberapa Foto Mengenai Pasaji Ponan 2015 


Selesai acara - rentetan pengunjung di pematang sawah.


(sesedekahan yang sudah dibuka tudung sajinya)
Makam H.Batu 

Penduduk membawa sesedekahan.

acara berebut makanan sesedekahan.

Jumat, 27 Februari 2015

Sumbawa : Jangan Cuek Dong, Tuh Ada Mr. and Mrs.

Duduk-duduk santai menjelang malam memuncak sudah menjadi rutini kaum sosialita dan juga kaum muda. Apakah semua kegiatan nongkrong malam hari (sebutan) bisa dikatakan positif? ya , tentunya tergantung dari tujuannya. Kalau hanya untuk berhura-hura tentu saja negatif di mata beberapa kalangan, tetapi jika untuk menyambung sillaturahim dengan kerabat, sahabat dan teman-teman tentunya sangat positif. 

Seperti malam ini aku sedang duduk dengan nyamannya di atas rerumputan di taman Monas, Sumbawa. Mengapa sibut taman monas ? Aslinya, taman ini memang disertai ornamen tugu dengan ukuran sedang yang kurang lebih mirip monas di belangan Jakarta Pusat, tapi memang tugu yang satu ini berukuran mini dan tidak ada emas nya di puncak tugunya. Sebutan Tugu Monas di Sumbawa ini memang sudah terkenal di kalangan anak muda sampai anak yang sudah tak lagi muda alias tua. 
Tempat tugu Monas ini memang setrategis. Kalau aku dan beberapa teman-teman kampusku sering menyebutnya sebagai Triengle of economic karena memang di sini taman nya berbentuk segitiga dan disekitarnya banyak pedagang-pedangang Kaki lima yang membuka lapaknya untuk memanjakan perut pengunjung. 
Segelas Wedang jahe telah terhidang dengan menggodanya di hadapanku. Menu favorit orang-orang yang sering berkunjung kesini memang warung STMJ yang menyediakan beraneka ragam wedang; dan juga warung sate dan soto madura. Berani anee jamin rasanya gak kalah deh sama buatan ibu di rumah. 
Kuedarkan pandanganku kesegala penjuru untuk sejenak mengamati rutinikas kaum muda dan sosialita yang sedang asik dengan dunianya. Memang benar sekali kalau tempat ini sangat digemari mereka, suasananya memang cozy banget.

(Untuk Foto tugu Monas menyusul ya , gak sempat foto-foto)


Ada banyak juga kok tempat yang sering digunakan muda mudi untuk nongkrong, contohnya ini.





(Tugu Adipura - sering digunakan anak-anak muda untuk nongkrong juga) foto by. NDP








Tugu adipura memang paling ramai bukan karena orang yang nongkrong banyak, tapi karena tempatnya yang berada di pertigaan dengan RSUD di samping nya dan Supermarket disampingnya lagi.

Selama 2 tahun tinggal di kota Sumbawa Besar, banyak perubahan yang telah kusaksikan dari kota ini, mulai dari infrastruktur yang semakin membaik, fasilitas publik yang pantas, dan juga berkembangnya pendatang yang ingin mencoba mengadu nasib di kota kecil ini. Intensitas penduduk memang kasat mata terlihat sangat meningkat, kalau aku sendiri menilainya dari jumlah aktivitas masyarakat yang sekarang mulai ramai dimalam hari. 
Lantas bagaimana dengan turist-turist internasional? apakah ada yang berkunjung kesini? tentu saja ada! 
First, karena daya tarik pariwisata yang masih alamai yang menjadi alasan utama turist-turist itu datang. Second, mereka ingin menikmati suasana lain dari indonesia yang kaya akan budaya. dan banyak dh alasan mereka untuk datang kesini. Thrith, budaya lokal yang memang masih keren , seperti peninggalan-peninggalan kerajaan Sumbawa yang masih terjaga. 




                   (Istana Dalam Loka - Istana Tua Sumbawa) foto by. Furbata 




Tapi sayang seribu sayang, masyarakat lokal disini kuarang begitu ramah terhadap turist internasional, tidak ramah mereka bukan berarti kasar atau apalah-apalah gitu. Tapi kebanyakan dari mereka lebih memilih cuek dan tak acuh jika ada turist yang sedang jalan-jalan di kotanya ini. Bagaimana Sumbawa mau dikenang di hati mereka kalau masyarakatnya gitu. Mungkin saja karena keterbatasan kemampuan bahasa asing yang mereka kuasai sehingga jalan terbaik untuk mereka adalah diam, jika ngomong bahasa inggris salah, gengsi booooooo'. (mungkin itu yang dipikiran mereka) 
Tapi tau enggak, kalau turist-turist itu malah senang loh ngobrol sama masyarakat lokal, Kata Kang Guru nih sebagai Guru bahasa inggris dan sahabatku, " contoh saja seperti di Bali, dulu pasti masyarakat bali juga gak pintar-pintar amat kok sama yang namanya bahasa Inggris, tapi karena mereka mau mencoba dan tidak pemalu, yahhh jadilah bali seperti sekarang ini. "

Ada salah satu temanku dari Hungaria yang beberapa hari lalu berkunjung diSumbawa. Sebenarnya itu orang di temukan Kang Guru di jalan, itu Turis namanya sulit banget disebutin, Le ve.... siapa gitu (entahlah, ingatanku kurang dengan nama orang). Dia baru saja menempuh perjalanan darat dari Pelabuhan Sape (Ujung Timur Pulau Sumbawa). Uniknya si Lele (aku nyebutnya gitu aja ya) orangnya asik, dia bilang "You are first local person who invited me to speak today." 
"wait here for a minutes, i'll to buy my favorite food, you're must try it." lanjutnya. 

Dan apakah kalian tahu, favorite food nya si Lele ini adalah Martabak telor dengan irisan cabe di adonannya. He said " I've bought a couple of hours ago, but now I want to buy it again, because it tastes very good." 
"so spaicy" komentarku dan Kang Guru bersamaan ketika mencobanya. 

Gila ni bule, doyan banget sama yang pedes-pedes, biasanya turis-turis kan gak banyak yang doyan pedes, doyannya juga gak sepedas si Lele ini. 
"it's different spaicy, in my country used a paper, but here All of food used chilli. i like it somuch." ocehnya. 

Nah sebenarnya asik kok kalau masyarakat lokal sumbawa bisa SKSD ( sok kenal sok dekat) sama turis internasional , karena mereka memang orangnya asik banget. Dan tentunya semakin menambah ilmu kita tentang negara lain dan komunikasi kita dengan bahasa Asing, seperti aku ini nih yang sering SkSd dengan siapapun.
Orang bule aja mau pelajari bahasa kita, masa kita enggak sih. Malu dong sama berbie!!!! 

Catatan Harian Mahasiswa Perantauan : Singapore come True

"Bagaimana ujiannya?" ujar salah satu temanku. Tentu saja tidak aneh bagiku mereka menanyakan bagaimana ujian semester 3 yang baru saja usai. Aku mengikuti ujian dalam keadaan badan yang kurang baik, dan tentunya tanpa belajar sedikitpun. Aku hanya bermodalkan "bissmilahirohmanirohim" 

------
lelah letih dan semangat kini mulai terbayar dengan hasil yang ku peroleh dari semester 3 ini. Dengan perolehan Indek Prestasi yang sangat memuaskan yakni 3,97 aku hanya mampu bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah terlimpahkan untukku. 

Ternyata kabar bahagia itu tidak hanay sampai disini, dari perjuanganku selama beberapa semester belakangan ini, bisa membawaku terbang ke Singapura untuk sejenak menikmati nuansa negara maju nan megah ini dengan gratis. ya! ada sebuah pemilihan Tim Explore singapore yang diadakan oleh universitasku, dan tentunya diminati oleh banyak mahasiswa khususnya di jurusanku. 

10 orang tim telah terpilih untuk perwakilan dari Fakultas Ilmu komunikasi, dan aku menjadi salah satunya. bermodalkan kemauan yang tinggi, mimpi tidaklah mustahil untuk di raih. 



Rasa antusiasme semakin memuncak ketika prihal diadakannya program Explore Singapore ini untuk pelatihan jurnalistik khususnya travel writting , dan tentunya di penuhi tantangan-tantangan luar biasa yang nantinya akan kami temui disana. 

sebagai mahasiswa perantauan yang notabene prinsip bertahan hidup yang kuat, tidak mematahkan semangat ku untuk dapat meraih mimpi-mimpi, yakni menjadi penulis yang berbakat, menjadi pengajar yang handal dan banyak lagi lainnya. Kita hanya memerlukan satu kunci yakni kemuan. Dengan adqnya keinginan untuk maju dan bermanfaat bagi sesama niscaya ada jalan terbaik untuk kita mewujudkannya.

Aku menanamkan dalam-dalam dihati bahwa segalanya akan mungkin asal diiringi dengan usaha, dan disinilah aku akan memulai segalanya untuk menjadi lebih baik. Bersama timku, bersama teman-temanku dan sbersama orang-orang yang mendukungku. 
Langkah yang baik untukku agar semakin termotivasi untuk mau bermimpi setinggi-tingginya. Jangan pernah beranggapan bahwa sangat konyol memimpikan hal yang mustahil. Sekarang siapa sangka, aku, anak yatim piatu tanpa harta peninggalan orang tuaku, dan dibuang oleh keluarga besar kini mendapatkan tempat yang dianggap pantas oleh mereka , ya , mereka para malaikat tak bersayap. 

jangan ragu untuk bermimpi, dan jangan malu untuk meraih mimpi. semua akan nyata jika kita melangkah, bukan hanya menatap. 

Sabtu, 24 Januari 2015

Coretan : mahasiswa menjadi kuli bangunan #KuliKeren

Pernah ada salah satu teman yang menuliskan sekilas berita tentang kegiatanku yang dianggap unik, tapi menurutku inilah caraku untuk bertahan hidup. Aku ucapkan terimakasih untukmu sobat yang telah merelakan waktumu menorehkan tulisanmu tentangku. 


---------




Seorang mahasiswa di salah satu Universitas swasta di NTB, tidak pandang bulu terhadap kehidupan dunia. Ia rela menjadi Kuli bangunan di salah satu proyek pembangunan di daerah Kabupaten Sumbawa. Mahasawa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa ini mengaku bahwa tidak ada hidup yang tak mudah, begitu ujarnya.
Walaupun memiliki tampang yang sangat menggoda, Novan (panggilnya) , tidak merasa minder ataupun gengsi untuk berkerja menjadi kuli bangunan. Usahanya untuk tetap bertahan hidup dan meneruskan kuliah sangatlah menakjubkan. Tidak hanya pekerja keras, ia juga memiliki prestasi yang cemerlang di kampunya dengan mampu memperthankan IP (Index Prestasi) diatas rata-rata atau coumloude.
"kalau masalah kuliah saya bisa mengimbangi dengan pekerjaan saya, sebernarnya saya kerja serabutan, gak nentu, kalau ada yang membutuhkan jasa saya, selagi bisa saya akan lakukan." begitu akunya. Akibat kerja keras dan prestasi yang cemerlang di tempatnya belajar, Novan mendapatkan beasiswa penuh dan kepercayaan dari beberapa orang. 
Sejarahnya, dulu sebelum berani merantau ke daerah Nusa tenggara barat ini, Novan adalah mantan model di kota asalnya (Malang), itu alasan ia memiliki postur yang cukup baik dan tampang yang mampu meluluh lantakkan hasrat kaum hawa.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk memperbaiki kehidupan di masa depannya membuatnya pantang menyerah. Sejak kedua orang tuanya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, Novan berjuang untuk menghidupi kehidupannya sendiri, begitupula kebutuhan sekolahnya ketika ia masih Sekolah di Salah satu SMA swasta di kota malang.
Dengan usia yang baru saja menginjak 20 tahun, Novan sudah berani menantang kerasnya kehidupan dengan merantau dari kota ke kota, mulai dari Surabaya, Jakarta, Jogjakarta, Mataram, hingga kini Sumbawa Besar menjadi pelabuhannya sementara selagi ia menempuh studi sarjananya.
Ia memiliki motivasi yang sanggat patut di hargai, karena ia tidak hanya ingin memikirkan dirinya sendiri di masa depan nanti. "dare to dream" itu adalah sebuah motivasi yang ia pegang dalam menjalani hidupnya. Ia berani untuk bermimpi. Memiliki angan-angan untuk bisa memiliki sekolah untuk anak jalanan dan anak dari keluarga yang kurang beruntung.

Sebuah kisah yang sangat mampu memotivasi kita semua agar dapat berani bermimpi, bukan untuk kita sendiri melainkan untuk kebersamaan dan bermanfaat untuk sosial masyarakat. (Rpt)

Senin, 19 Januari 2015

Puisi : Lilin Temaram dan Robekan kertas Kecil

hai sebatang lilin temaram kecil sang penjemput senja...
tatkala hati dan nurani enggan, bahkan takut untuk menatap dunia, kau memberikan sepercik sinar harapan untuk ku bersembah. 

kejinya mentari menyengat ubun-ubun, teralihkan dengan temaram kecilmu, pelita dalam sebuah cangkir pengharapan engkau berdiri. Dalam kesunyian sepi, dalam kegelapan malam , dirimu memberikan sebuah pengharapan itu. Dalam gelapnya dunia yang tak bertuan, aku memandang sepercik pelita itu darimu. 

Temaram kecilku, masikah engkau bertahan memberikan pengharapan bagi diriku yang kehausan? dalam bahtera kehidupan yang sedang berjalan pada alur kenyataan aku seaakan takut menatap kegelapan, takut akan menyusuri langkah yang pekat dalam ketakberdayaan... dapatkah lilin temaram kecilku? 

aku disini masih berharap ....

hai sebuah robekan kertas kecil, kini akan kutorehkan sebuah kata dengan makna elegi yang mendera. 

?tidakkah semunya aneh bagiku? semua baru! aku tak mampu untuk mendaki puncak ketinggian mimpi itu. hai wahai sebuah robekan kertas kecil, engkau tahu bagaimana diriku ini di lahirkan, bahkan tuhanku pun menciptakan kekuatan fisik yang lemah. namun itu bersanding kukuh dengan mentalku yang baja. 

caci , hina, maki, dan segala bentuk kegundahan telah tertelan dengan sempurna di tenggorokanku. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, itu yang kutahu. segala bentuk sifat manusia kina telah kutelaah dengan baik. 

hai wahai sebuah robekan kertas kecil, aku sedang mempersiapkan mentalku yang lebih pada sebuah kata-kata. Kambing hitam, ya, itu memang benar adanya. Ketika seseorang yang lemah hanya mampu menorehkan teriakan nya melaluimu, mereka tertawa dengan segala amarahnya. Apakah ini sebuah Lingkar kebisuan? menurutku iya, hanya mampu menangis di dalam hati, menjerit didalam batin dan mengutuki nasib didalam keremangan. 

sebuah robekan kertas kecil. seperti apa nasib kita ? akankah dibuang seperti sampah yang tidak berguna? 


selamat tidur robekan kertas kecil .....