Jumat, 27 Februari 2015

Catatan Harian Mahasiswa Perantauan : Singapore come True

"Bagaimana ujiannya?" ujar salah satu temanku. Tentu saja tidak aneh bagiku mereka menanyakan bagaimana ujian semester 3 yang baru saja usai. Aku mengikuti ujian dalam keadaan badan yang kurang baik, dan tentunya tanpa belajar sedikitpun. Aku hanya bermodalkan "bissmilahirohmanirohim" 

------
lelah letih dan semangat kini mulai terbayar dengan hasil yang ku peroleh dari semester 3 ini. Dengan perolehan Indek Prestasi yang sangat memuaskan yakni 3,97 aku hanya mampu bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah terlimpahkan untukku. 

Ternyata kabar bahagia itu tidak hanay sampai disini, dari perjuanganku selama beberapa semester belakangan ini, bisa membawaku terbang ke Singapura untuk sejenak menikmati nuansa negara maju nan megah ini dengan gratis. ya! ada sebuah pemilihan Tim Explore singapore yang diadakan oleh universitasku, dan tentunya diminati oleh banyak mahasiswa khususnya di jurusanku. 

10 orang tim telah terpilih untuk perwakilan dari Fakultas Ilmu komunikasi, dan aku menjadi salah satunya. bermodalkan kemauan yang tinggi, mimpi tidaklah mustahil untuk di raih. 



Rasa antusiasme semakin memuncak ketika prihal diadakannya program Explore Singapore ini untuk pelatihan jurnalistik khususnya travel writting , dan tentunya di penuhi tantangan-tantangan luar biasa yang nantinya akan kami temui disana. 

sebagai mahasiswa perantauan yang notabene prinsip bertahan hidup yang kuat, tidak mematahkan semangat ku untuk dapat meraih mimpi-mimpi, yakni menjadi penulis yang berbakat, menjadi pengajar yang handal dan banyak lagi lainnya. Kita hanya memerlukan satu kunci yakni kemuan. Dengan adqnya keinginan untuk maju dan bermanfaat bagi sesama niscaya ada jalan terbaik untuk kita mewujudkannya.

Aku menanamkan dalam-dalam dihati bahwa segalanya akan mungkin asal diiringi dengan usaha, dan disinilah aku akan memulai segalanya untuk menjadi lebih baik. Bersama timku, bersama teman-temanku dan sbersama orang-orang yang mendukungku. 
Langkah yang baik untukku agar semakin termotivasi untuk mau bermimpi setinggi-tingginya. Jangan pernah beranggapan bahwa sangat konyol memimpikan hal yang mustahil. Sekarang siapa sangka, aku, anak yatim piatu tanpa harta peninggalan orang tuaku, dan dibuang oleh keluarga besar kini mendapatkan tempat yang dianggap pantas oleh mereka , ya , mereka para malaikat tak bersayap. 

jangan ragu untuk bermimpi, dan jangan malu untuk meraih mimpi. semua akan nyata jika kita melangkah, bukan hanya menatap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar