Selasa, 10 Maret 2015

Pelabuhan Badas Sumbawa - Tempat Cozy buat Senja

"cin cin fotoin yang background nya kapalya." ujar salah satu gadis remaja di belakangku. 



Well, inilah Pelabuhan Badas Sumbawa, yang menurut pandanganku adalah tempat ter-cozy buat nikmatin senja di the exo island  -  Pulau Sumbawa.  suguhan pemandangan yang segar dengan kenaturalan yang ada, membuat Pelabuhan Badas Sumbawa ini menjadi salah satu tempat gandrungan pemuda-pemudi lokal, Termasuk diriku yang tidak pernah bosan mengunjungi port sederhana ini untuk memanjakan mata. 
Jaraknya gak terlalu juh dari kota Sumbawa Besar, hanya sekitaran 10-15 menit perjalanan darat kearah barat pulau. Kalau mau simple ya bawa kendaraan sendiri, tapi kalau gak mau capek tau apalah-apalah, ya pakai ojek atau taxi (DiSumbawa sudah ADA TAXI lohhhhhhhhh!!!!!). 

Pelabuhan Badas ini gak segile pelabuhana-pelabuhan lainnya. Pertama, pelabuhan ini bukan pelabuhan penumpang, Badas Port ini adalah pelabuhan khusus kapal barang; Kedua, intensitas kapal masuk sangat sedikit karena pelabuhan ini untuk kapal-kapal barang yang ukurannya besar.Jadi Aktifitas pekerja disini sangat jarang. Pasti lu-lu pada bertanya-tanya pada diriku "ada apa sih di port itu bray ?"

Yang pertama adalah ada tempat santai untuk duduk-duduk bersila di sepanjang tanggul pemisah daratan dan laut. Sebenarnya tanggul ini milik salah satu prusahaan aspalt, tapi entah mengapa masyarakat di bolehkan masuk (mungkin karena jarang ada gawean). Tempat ini yang menurutku dangat pas buat nikmatin pemandangan laut biru dengan gerombolan awan-awan musim hujan yang mengukir keindahan laingit. Disini juga tempatnya anak-anak remaya yang doyan foto buat mengabadiakan momen, ada yang selfie, ada juga yang mirip seperti fotografer pro-. 
Memang eangle ini sangat apik, jika kita menghadap ke laut arah timur, kita bisa menyaksikan pemandangan pelabuhan yang di penuhi kapal-kapal besar, landskep semenanjung menangis, dan juga teluk yang menjorok tempat kapal-kapal nelayan berlabu. 

"1 -2-3....cekrekkkk" 
tidak sedikit orang yang mengabadikan momen di pelabuhan ini dengan berfoto-foto ria. 
Melihatnya saja, mampu memberika aura positif untuk kita. Well, ketika orang berbahagia, pastilah aura positif itu memancar. Diriku juga ingin mengabadikan momen disini dong yahhhhh... :D 



Kedua, di pelabuhan ini bisa dibilang sebagai salah satu tempat mancing yang paling aman dan hemat. Kalau biasanya orang ingin mancing memerlukan sebuah sampan, dan berurusan dengan gelombang yang ajegile, disini, karena pelabuhan ini terbuat dari timbunan dan dari tanggul-tanggul maka kedalaman nya juga lumayan. And in this place, banyak banget orang yang mancing cumi. Jadi susanya ramai disini bukan dari pekerja-pekerja kapal dan pabrik, tapi dari pengunjung yang untuk memancing juga. 

Kalau matahari mulai menunjukan tanda-tanda akan sirna di penghujung hari, maka momen inilah yang paling kutunggu. Suasana mulai meremang, semua orang mulai melebarkan senyumannya, angin laut mulai membuai manja indra peraba kita. Dan warna laut yang dari oranye mulai memudar kehitaman, saat inilah lampu-lampu kapal mulai menyala. and it's perfect. 

Sore hari dengan soasanya ceriannya diisi dengan puluhan orang bersantai di pinggiran laut, dan menikmat matahari terbenam dengan berfoto ria. Menjelang malam berubahlah suasana itu menjadi romantis. Sebab keremangan malam dihiasi kerlap-kerlip lampu kapal dan deretan orang-orang tang memancing semakin bertambah, semakin pas dan komplit. 

Kelaparan?waduh , itu sih juga problem diriku saat pertama kali kesini. Jadi buat menjaga kestabilan perut-perut jahanam ini, biasanya pengunjung akan membawa makan dari luar. Tenang aja, sepanjang perjalanan menuju port badas ini, banyak kok yang menjual snack sama gorengan, jadi bisa di bungkus dan di makan disini. Tapi kalau sudah terlanjur dilokasi ya mau gimana lagi, disini ada kok penjual kelliling yang menjajakan makanan seperti bakso, rasany lumayan dan ngirit di kantong kok. 

Jadi kalau cari suasana yng berbeda, yang gratis dan murah, kunjungi tempat santai ini. walau sebenarnya kita pengunjung ilegal. Dan sebelum ada peraturn yang melarang masyarakat untuk memasuki wilayah pelabuhan, manfaatkanlah kesempatan. Oke... see yaaaaaahhhhh....


Salam manis dari Pelabuhan Badas Sumbawa Besar, NTB. 


Minggu, 01 Maret 2015

BUDAYA SUMBAWA : PASAJI PONAN , SESEDEKAHAN UNTUK PANEN (FESTIVAL BUDAYA- PASAJI PONAN)

Indonesia, Negara yang terdiri dari pulau-pulau yang membentang dengan beribu ragam budaya yang berbeda-beda. Budaya selalu menjadi ciri khas dari suatu daerah.dan kadang melalui kegiatan adata banyak pembelajaran yang bisa di berikan kepada orang lain, baik itu generasi muda, pengunjung dan masyarakat sekitar.  Seperti Kirap Kereta Kencana dan Pusaka-pusaka di Yogyakarta, Kegiatan Ngaro di suku Tengger Gunung Bromo, dan juga masih banyak yang lainnya. Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki kegiatan adat yang sama halnya ternilai sacral bagi penganutnya. Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan yang merupakan perayaaan rasa syukur masyarakat karena telah berhasil melakukan penanaman padinya tanpa halang rintangan dan berharap agar panen mereka akan berlangsung lancar pula. Kegiatan yang berlangsung secara rutin setiap tahunnya ini telah dilakukan sejak berabat-abad lalu dan diwariskan dari generasi kegenerasi.
Mayarakat pelaksana kegiatan dari Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan adalah masyarakat Desa Bekat, Desa Malili dan Desa Poto. Sebagian  besar pekerjaan dari ketiga masyarakat desa tersebut adalah sebagai petani. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa Desa Bekat, Malili dan Poto kecamata Moyo Hilir merupakan lumbung padi bagi wilayah Kabupten Sumbawa dengan luas persawahan dan tegalan sekitar  ± 10.000 hektar.
Pengunjung Pasaji Ponan - by. Wahyu Arief

Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan berlangsung selama 2 hari. Biasanya bisa di tandai dengan mulai munculnya kuncup pada padi-padi yang masyarakat tanam. Biasanya pada pertengahan Februari-Maret. Malam harinya yakni pagelaran seni tradisional yang diadakan di lapangan desa Poto.

(sesedekahan yang masih tertutup tudung saji.)

Hari Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan berlangsung pada keesokan harinya. Pra-acara yakni pembacaan surat Al-Quran sembari menunggu masyarakat serta pengunjung hadir. Tempat diadakannya Pasaji Ponan ini adalah disebuah makam di tengah persawahan,p dimana masyarakat yang membawa makanan-makanan yang untuk disedekahkan harus berjalan kaki sejauh kira-kira 3 kilometer. Anehnya, pengunjung dari tahun ketahun semakin bertambah, pada tahun 2015  pengunjung Pasaji ponan diperkirakan sekitar 10.000 jiwa. Rasanya musatahil untuk menempatkan orang sekitar 10.000 an tersebut pada sebidang tanah makam dengan ukuran yang tidak begitu besar. Mungkin hal ini luput dari perhatian orang-orang, namun sungguh mistis, ketika semua pengunjung tiba, tidak sekalipun ditemui kepadatan atau kesesakan dari sebidang tanah makam itu. Hal tersebut masih menjadi sebuah misteri.
Makanan yang akan disedekahkan masyarakat ketiga desa itu pada acara Pasaji Ponan merupakan makanan tradisional yang terbuat dari bahan baku beras.

sesedekahan yang telah dibuka tudung sajinya
Namun ada pula yang menyajikan buah berupa pisang yang merupakan hasil dari sawah mereka pula. 
Menurut tuturan warga pelaksana Pasaji Ponan, tidak boleh adanya goreng-gorengan dalam sajian sedekah ponan, dikarenakan akan murkanya para leluhur.

Setelah masyarakat lokal dan pengunjung hadir, acara dimulai dengan pembacaan Tahlil yang merupakan inti dari kegiatan Pasaji Ponan ini. Karena inti dari kegiatan ini adalah berdoa, maka pengunjung juga dianjurkan untuk turut mengikuti atau menghormati orang-orang yang sedang berdoa.

(acara tahlilan)

Acara ditutup dengan disajikannya makanan-makanan sedekahan dari masyarakat untuk pengunjung. Uniknya lagi disini, masyarakat saling berebut untuk mendapatkan makanan sesedekahan itu. Makanan tersebut ditempatkan di tengah-tengah kumpulan orang-orang dan pengunjung, dan ketika dibuka penutup saji nya, maka masyarakat dan pengunjung akan berebutan untuk mengambil makanan tersebut. Tentunya saya tidak melewatkan momen yang mengasikan ini. Saya pun ikut berbaur dengan masyarakat lainnya untuk berebut makanan.

(acara berebut makanan sesedekahan )

Ketika acara usai masyarakat dan pengunjung mulai meninggalkan area pemakanam, fenomena ini tidak luput dari pandangan saya, pengunjung yang jumlahnya ribuan tersebut kini kembali nampak ketika melewati jalan setapak di pematang sawah. Bagaikan ular naga yang panjang sekali, rentetan pengunjung yang pulang tersebut seolah tidak putus.

(Deretan pengunjung usai acara)
Tanda Tanya besar dalam benak saya, kemana orang-orang itu tadi, kok rasanya tidak mungkin mereka disini semua. Itulah keunikan dari Pasaji Ponan.

Sejarah Pasaji Ponan.

Mulanya, Pasaji Ponan atau sedekah ponan di lakukan oleh masyarakat Desa mekat, Desa Malili, dan Desa Poto untuk menghormati dan memohon perlindungan kepada leluhur mereka. Terbukti dari dilaksanakannya kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini di sebuah makam keramat yang dikenal dengan nama Makan H. Batu. Makam H. Batu merupakan salah satu leluhur masyarakat ketiga desa tersebut. Namun ada beberapa makam lain pula yang terdapat disekitar makam H.Batu yang dilansir juga merupakan luhur dari ketiga desa itu. Tempat makam tersebut berada di Pemakaman Ponan desa Poto Kecamatan Moyo Hilir. Sehingga kegiatan persembahan dan sedekah masyarakat ini diadakan di pemakaman tersebut.
Memasuki dunia modern dengan adanya kepercayaan terhadap Agama yang kental di daerah tersebut yakni Agama Islam, Unsur dari Kesakralan Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan itu mulai meluntur akibat adanya Pro dan Kontra dari masyarakat sekitar.

Pro dan Kontra Pasaji Ponan

Sebagian masyarakat mulai menganggap bahwa kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan itu merupakan kegiatan musrik dikarenakan masyarakat dituntun untuk berdoa dan memohon perlindungan kepada sebuah makam yang dianggap keramat. Menurut ajaran Agama Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakt ketiga desa tersebut, penyembahan hal yang selain Allah SWT itu adalah kegiatan musrik.
Adapula masyarakat yang beranggapan bahwa menurut Kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini haruss dilakukan demi kelancaran panen mereka kelak. Menurut pengakuan pemuda setempat ,sejarahnya ketika pernah ditiadakan kegiatan pasaji Ponan ini dengan awal mula Pro dan Kontra itu ada, terjadi kegagalan panen yang membuat Masyarakat ketiga desa itu merugi. Sehingga sebagian orang-orang tersebut beranggapan bahwa kegagalan panen yang terjadi para leluhur telah murka dan ada pula mereka yang beranggapan bahwa tanah yang amat subur di desa Mekat, Malili dan Poto ini merupakan tanah sumpah dari leluhur.

DINAS PARIWISATA Sebagai Jembatan

Memalui kedua pendapat kubu masyarakat yang pro dan kontra tentang penyelenggaraan kegiatan Pasaji Ponan,  atau sedekah ponan ini, dinas pariwisata Kabupaten Sumbawa akhirnya turut serta dalam menjempatani antar keduanya. Pertama dengan dianggapnya kegiatan Pasaji Ponan   ini sebagai kegiatan festival budaya yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata budaya di Kabupaten Sumbawa.  Sehingga anggapan bahwa tujuan dari kegiatan ini sebagai penghormatan kepada leluhur sedikit luntur dan beralih menjadi kegiatan semacam pesta rakyat dengan unsure kebudayaan yang kuat.

tanda cagar budaya Makam H.Batu
Kedua, dengan di angkatnya Makam H. Batu di Pemakaman Ponan sebagai salah satu benda cagar budaya yang merupakan benda peninggalan purbakala yang harus dilindungi.

Ketiga, dibumbuinya kegiatan Pasaji Ponan dengan hiburan pagelaran seni yang di adakan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata. Dengan demikian pekara pro dan kontra mengenai Pasaji Ponan dapat diredam dengan anggapan bahawa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang positif untuk melesatarikan budaya dan pengembangan pariwisata lokal. 



Berikut Beberapa Foto Mengenai Pasaji Ponan 2015 


Selesai acara - rentetan pengunjung di pematang sawah.


(sesedekahan yang sudah dibuka tudung sajinya)
Makam H.Batu 

Penduduk membawa sesedekahan.

acara berebut makanan sesedekahan.

Jumat, 27 Februari 2015

Sumbawa : Jangan Cuek Dong, Tuh Ada Mr. and Mrs.

Duduk-duduk santai menjelang malam memuncak sudah menjadi rutini kaum sosialita dan juga kaum muda. Apakah semua kegiatan nongkrong malam hari (sebutan) bisa dikatakan positif? ya , tentunya tergantung dari tujuannya. Kalau hanya untuk berhura-hura tentu saja negatif di mata beberapa kalangan, tetapi jika untuk menyambung sillaturahim dengan kerabat, sahabat dan teman-teman tentunya sangat positif. 

Seperti malam ini aku sedang duduk dengan nyamannya di atas rerumputan di taman Monas, Sumbawa. Mengapa sibut taman monas ? Aslinya, taman ini memang disertai ornamen tugu dengan ukuran sedang yang kurang lebih mirip monas di belangan Jakarta Pusat, tapi memang tugu yang satu ini berukuran mini dan tidak ada emas nya di puncak tugunya. Sebutan Tugu Monas di Sumbawa ini memang sudah terkenal di kalangan anak muda sampai anak yang sudah tak lagi muda alias tua. 
Tempat tugu Monas ini memang setrategis. Kalau aku dan beberapa teman-teman kampusku sering menyebutnya sebagai Triengle of economic karena memang di sini taman nya berbentuk segitiga dan disekitarnya banyak pedagang-pedangang Kaki lima yang membuka lapaknya untuk memanjakan perut pengunjung. 
Segelas Wedang jahe telah terhidang dengan menggodanya di hadapanku. Menu favorit orang-orang yang sering berkunjung kesini memang warung STMJ yang menyediakan beraneka ragam wedang; dan juga warung sate dan soto madura. Berani anee jamin rasanya gak kalah deh sama buatan ibu di rumah. 
Kuedarkan pandanganku kesegala penjuru untuk sejenak mengamati rutinikas kaum muda dan sosialita yang sedang asik dengan dunianya. Memang benar sekali kalau tempat ini sangat digemari mereka, suasananya memang cozy banget.

(Untuk Foto tugu Monas menyusul ya , gak sempat foto-foto)


Ada banyak juga kok tempat yang sering digunakan muda mudi untuk nongkrong, contohnya ini.





(Tugu Adipura - sering digunakan anak-anak muda untuk nongkrong juga) foto by. NDP








Tugu adipura memang paling ramai bukan karena orang yang nongkrong banyak, tapi karena tempatnya yang berada di pertigaan dengan RSUD di samping nya dan Supermarket disampingnya lagi.

Selama 2 tahun tinggal di kota Sumbawa Besar, banyak perubahan yang telah kusaksikan dari kota ini, mulai dari infrastruktur yang semakin membaik, fasilitas publik yang pantas, dan juga berkembangnya pendatang yang ingin mencoba mengadu nasib di kota kecil ini. Intensitas penduduk memang kasat mata terlihat sangat meningkat, kalau aku sendiri menilainya dari jumlah aktivitas masyarakat yang sekarang mulai ramai dimalam hari. 
Lantas bagaimana dengan turist-turist internasional? apakah ada yang berkunjung kesini? tentu saja ada! 
First, karena daya tarik pariwisata yang masih alamai yang menjadi alasan utama turist-turist itu datang. Second, mereka ingin menikmati suasana lain dari indonesia yang kaya akan budaya. dan banyak dh alasan mereka untuk datang kesini. Thrith, budaya lokal yang memang masih keren , seperti peninggalan-peninggalan kerajaan Sumbawa yang masih terjaga. 




                   (Istana Dalam Loka - Istana Tua Sumbawa) foto by. Furbata 




Tapi sayang seribu sayang, masyarakat lokal disini kuarang begitu ramah terhadap turist internasional, tidak ramah mereka bukan berarti kasar atau apalah-apalah gitu. Tapi kebanyakan dari mereka lebih memilih cuek dan tak acuh jika ada turist yang sedang jalan-jalan di kotanya ini. Bagaimana Sumbawa mau dikenang di hati mereka kalau masyarakatnya gitu. Mungkin saja karena keterbatasan kemampuan bahasa asing yang mereka kuasai sehingga jalan terbaik untuk mereka adalah diam, jika ngomong bahasa inggris salah, gengsi booooooo'. (mungkin itu yang dipikiran mereka) 
Tapi tau enggak, kalau turist-turist itu malah senang loh ngobrol sama masyarakat lokal, Kata Kang Guru nih sebagai Guru bahasa inggris dan sahabatku, " contoh saja seperti di Bali, dulu pasti masyarakat bali juga gak pintar-pintar amat kok sama yang namanya bahasa Inggris, tapi karena mereka mau mencoba dan tidak pemalu, yahhh jadilah bali seperti sekarang ini. "

Ada salah satu temanku dari Hungaria yang beberapa hari lalu berkunjung diSumbawa. Sebenarnya itu orang di temukan Kang Guru di jalan, itu Turis namanya sulit banget disebutin, Le ve.... siapa gitu (entahlah, ingatanku kurang dengan nama orang). Dia baru saja menempuh perjalanan darat dari Pelabuhan Sape (Ujung Timur Pulau Sumbawa). Uniknya si Lele (aku nyebutnya gitu aja ya) orangnya asik, dia bilang "You are first local person who invited me to speak today." 
"wait here for a minutes, i'll to buy my favorite food, you're must try it." lanjutnya. 

Dan apakah kalian tahu, favorite food nya si Lele ini adalah Martabak telor dengan irisan cabe di adonannya. He said " I've bought a couple of hours ago, but now I want to buy it again, because it tastes very good." 
"so spaicy" komentarku dan Kang Guru bersamaan ketika mencobanya. 

Gila ni bule, doyan banget sama yang pedes-pedes, biasanya turis-turis kan gak banyak yang doyan pedes, doyannya juga gak sepedas si Lele ini. 
"it's different spaicy, in my country used a paper, but here All of food used chilli. i like it somuch." ocehnya. 

Nah sebenarnya asik kok kalau masyarakat lokal sumbawa bisa SKSD ( sok kenal sok dekat) sama turis internasional , karena mereka memang orangnya asik banget. Dan tentunya semakin menambah ilmu kita tentang negara lain dan komunikasi kita dengan bahasa Asing, seperti aku ini nih yang sering SkSd dengan siapapun.
Orang bule aja mau pelajari bahasa kita, masa kita enggak sih. Malu dong sama berbie!!!! 

Catatan Harian Mahasiswa Perantauan : Singapore come True

"Bagaimana ujiannya?" ujar salah satu temanku. Tentu saja tidak aneh bagiku mereka menanyakan bagaimana ujian semester 3 yang baru saja usai. Aku mengikuti ujian dalam keadaan badan yang kurang baik, dan tentunya tanpa belajar sedikitpun. Aku hanya bermodalkan "bissmilahirohmanirohim" 

------
lelah letih dan semangat kini mulai terbayar dengan hasil yang ku peroleh dari semester 3 ini. Dengan perolehan Indek Prestasi yang sangat memuaskan yakni 3,97 aku hanya mampu bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah terlimpahkan untukku. 

Ternyata kabar bahagia itu tidak hanay sampai disini, dari perjuanganku selama beberapa semester belakangan ini, bisa membawaku terbang ke Singapura untuk sejenak menikmati nuansa negara maju nan megah ini dengan gratis. ya! ada sebuah pemilihan Tim Explore singapore yang diadakan oleh universitasku, dan tentunya diminati oleh banyak mahasiswa khususnya di jurusanku. 

10 orang tim telah terpilih untuk perwakilan dari Fakultas Ilmu komunikasi, dan aku menjadi salah satunya. bermodalkan kemauan yang tinggi, mimpi tidaklah mustahil untuk di raih. 



Rasa antusiasme semakin memuncak ketika prihal diadakannya program Explore Singapore ini untuk pelatihan jurnalistik khususnya travel writting , dan tentunya di penuhi tantangan-tantangan luar biasa yang nantinya akan kami temui disana. 

sebagai mahasiswa perantauan yang notabene prinsip bertahan hidup yang kuat, tidak mematahkan semangat ku untuk dapat meraih mimpi-mimpi, yakni menjadi penulis yang berbakat, menjadi pengajar yang handal dan banyak lagi lainnya. Kita hanya memerlukan satu kunci yakni kemuan. Dengan adqnya keinginan untuk maju dan bermanfaat bagi sesama niscaya ada jalan terbaik untuk kita mewujudkannya.

Aku menanamkan dalam-dalam dihati bahwa segalanya akan mungkin asal diiringi dengan usaha, dan disinilah aku akan memulai segalanya untuk menjadi lebih baik. Bersama timku, bersama teman-temanku dan sbersama orang-orang yang mendukungku. 
Langkah yang baik untukku agar semakin termotivasi untuk mau bermimpi setinggi-tingginya. Jangan pernah beranggapan bahwa sangat konyol memimpikan hal yang mustahil. Sekarang siapa sangka, aku, anak yatim piatu tanpa harta peninggalan orang tuaku, dan dibuang oleh keluarga besar kini mendapatkan tempat yang dianggap pantas oleh mereka , ya , mereka para malaikat tak bersayap. 

jangan ragu untuk bermimpi, dan jangan malu untuk meraih mimpi. semua akan nyata jika kita melangkah, bukan hanya menatap. 

Sabtu, 24 Januari 2015

Coretan : mahasiswa menjadi kuli bangunan #KuliKeren

Pernah ada salah satu teman yang menuliskan sekilas berita tentang kegiatanku yang dianggap unik, tapi menurutku inilah caraku untuk bertahan hidup. Aku ucapkan terimakasih untukmu sobat yang telah merelakan waktumu menorehkan tulisanmu tentangku. 


---------




Seorang mahasiswa di salah satu Universitas swasta di NTB, tidak pandang bulu terhadap kehidupan dunia. Ia rela menjadi Kuli bangunan di salah satu proyek pembangunan di daerah Kabupaten Sumbawa. Mahasawa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa ini mengaku bahwa tidak ada hidup yang tak mudah, begitu ujarnya.
Walaupun memiliki tampang yang sangat menggoda, Novan (panggilnya) , tidak merasa minder ataupun gengsi untuk berkerja menjadi kuli bangunan. Usahanya untuk tetap bertahan hidup dan meneruskan kuliah sangatlah menakjubkan. Tidak hanya pekerja keras, ia juga memiliki prestasi yang cemerlang di kampunya dengan mampu memperthankan IP (Index Prestasi) diatas rata-rata atau coumloude.
"kalau masalah kuliah saya bisa mengimbangi dengan pekerjaan saya, sebernarnya saya kerja serabutan, gak nentu, kalau ada yang membutuhkan jasa saya, selagi bisa saya akan lakukan." begitu akunya. Akibat kerja keras dan prestasi yang cemerlang di tempatnya belajar, Novan mendapatkan beasiswa penuh dan kepercayaan dari beberapa orang. 
Sejarahnya, dulu sebelum berani merantau ke daerah Nusa tenggara barat ini, Novan adalah mantan model di kota asalnya (Malang), itu alasan ia memiliki postur yang cukup baik dan tampang yang mampu meluluh lantakkan hasrat kaum hawa.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk memperbaiki kehidupan di masa depannya membuatnya pantang menyerah. Sejak kedua orang tuanya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, Novan berjuang untuk menghidupi kehidupannya sendiri, begitupula kebutuhan sekolahnya ketika ia masih Sekolah di Salah satu SMA swasta di kota malang.
Dengan usia yang baru saja menginjak 20 tahun, Novan sudah berani menantang kerasnya kehidupan dengan merantau dari kota ke kota, mulai dari Surabaya, Jakarta, Jogjakarta, Mataram, hingga kini Sumbawa Besar menjadi pelabuhannya sementara selagi ia menempuh studi sarjananya.
Ia memiliki motivasi yang sanggat patut di hargai, karena ia tidak hanya ingin memikirkan dirinya sendiri di masa depan nanti. "dare to dream" itu adalah sebuah motivasi yang ia pegang dalam menjalani hidupnya. Ia berani untuk bermimpi. Memiliki angan-angan untuk bisa memiliki sekolah untuk anak jalanan dan anak dari keluarga yang kurang beruntung.

Sebuah kisah yang sangat mampu memotivasi kita semua agar dapat berani bermimpi, bukan untuk kita sendiri melainkan untuk kebersamaan dan bermanfaat untuk sosial masyarakat. (Rpt)

Senin, 19 Januari 2015

Puisi : Lilin Temaram dan Robekan kertas Kecil

hai sebatang lilin temaram kecil sang penjemput senja...
tatkala hati dan nurani enggan, bahkan takut untuk menatap dunia, kau memberikan sepercik sinar harapan untuk ku bersembah. 

kejinya mentari menyengat ubun-ubun, teralihkan dengan temaram kecilmu, pelita dalam sebuah cangkir pengharapan engkau berdiri. Dalam kesunyian sepi, dalam kegelapan malam , dirimu memberikan sebuah pengharapan itu. Dalam gelapnya dunia yang tak bertuan, aku memandang sepercik pelita itu darimu. 

Temaram kecilku, masikah engkau bertahan memberikan pengharapan bagi diriku yang kehausan? dalam bahtera kehidupan yang sedang berjalan pada alur kenyataan aku seaakan takut menatap kegelapan, takut akan menyusuri langkah yang pekat dalam ketakberdayaan... dapatkah lilin temaram kecilku? 

aku disini masih berharap ....

hai sebuah robekan kertas kecil, kini akan kutorehkan sebuah kata dengan makna elegi yang mendera. 

?tidakkah semunya aneh bagiku? semua baru! aku tak mampu untuk mendaki puncak ketinggian mimpi itu. hai wahai sebuah robekan kertas kecil, engkau tahu bagaimana diriku ini di lahirkan, bahkan tuhanku pun menciptakan kekuatan fisik yang lemah. namun itu bersanding kukuh dengan mentalku yang baja. 

caci , hina, maki, dan segala bentuk kegundahan telah tertelan dengan sempurna di tenggorokanku. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, itu yang kutahu. segala bentuk sifat manusia kina telah kutelaah dengan baik. 

hai wahai sebuah robekan kertas kecil, aku sedang mempersiapkan mentalku yang lebih pada sebuah kata-kata. Kambing hitam, ya, itu memang benar adanya. Ketika seseorang yang lemah hanya mampu menorehkan teriakan nya melaluimu, mereka tertawa dengan segala amarahnya. Apakah ini sebuah Lingkar kebisuan? menurutku iya, hanya mampu menangis di dalam hati, menjerit didalam batin dan mengutuki nasib didalam keremangan. 

sebuah robekan kertas kecil. seperti apa nasib kita ? akankah dibuang seperti sampah yang tidak berguna? 


selamat tidur robekan kertas kecil ..... 

Jumat, 16 Januari 2015

Esai : Tengok Citra Perpajakan Indonesia di Masa Depan Melalui Prespektif Komunikasi


PENDAHULUAN


Pada perkembangan jaman kini, pajak merupakan kebutuhan primer dalam suatu Negara, begitu pula pada Indonesia. Pajak yang diberlakukan suatu Negara yang mencakup berbagai aspek pengembangan Negara sehingga dapat di sebut sebagai sumber penerimaan potensial Negara untuk pembiayaan pengeluaran Negara dan pembangunan. Pada prinsipnya, pajak dalam suatu Negara merupakan buah dari simbiosis atau hubungan timbal balik yang secara faktual memberikan keuntungan antara kedua belahpihak yakni pemerintah dan rakyatnya(warga Negara wajib pajak)secara tidak langsung dan merupakan aset jangka  panjang keberlangsungan tata kelolah kenegaraan.
Namun selain itu pada hakekatnya, pajak menurut prespektif komunikasi ialah terjalinnya suatu hubungan antara kedua belah pihak yang berinteraksi secara terus-menerus dengan tersampaikannya  pesan berupa verbal maupun non verbal yang dapat dimaknai dengan hasil yang dicapai dalam interaksi tersebut. Mengacu pada prespektif komunikasi terhadap pajak, terdapat beberapa masalah yang kerap muncul dalam pendapat umum masyarakat terhadap interaksi yang tidak berjalan secara continyu (terus-menerus) pada salah satu pihak, yang tidak lain ialah sektor perpajakan itu sendiri.
Masih awamnya pemahaman masyarakat terhadap pemerintahan, khususnya pada sektor perpajakan membuat sangat mudahnya muncul prespektif public secara general tanpa asumsi dasar yang kuat. Sehingga akan berakibat pula pada perkiraan penerapan teori komunikasi massa yakni Agenda-setting theory yang akan berdampak pada citra negative sektor perpajakan itu sendiri. Hal ini dikarenakan media mengangkat hot issue negatif yang terjadi di sektor perpajakan ke ranah publik yang secara awam masih belum memahami komposisi kerja dari perpajakan itu sendiri, sehingga stigma negatif dan labeling masyarakat terhadap sektor perpajakan Negara kita sangat melekat.
Dari pemaparan singkat dan masalah yang muncul pada pendapat umum terhadap citra sektor perpajakan Republik Indonesia, saya akan mencoba menjabarkan tentang upaya  penetralisiran citra negatif sektor perpajakan Indonesia melalui pendekatan teori komunikasi massa efektif. Dengan ini akan adanya pengertian dan pemahaman yang baik serta tertananmnya nilai-nilai yang baik pula dari masyarakat sehingga akan membatu masyarakat dalam mengartikan suatu fenomena tanpa berpikiran skeptis(curiga) terhadap pemerintahan, khususnya sektor perpajakan.


ISI

A.      PENGERTIAN PAJAK
Di Indonesia, pajak dikenal sebagai system ‘pemalakan’ paksa pada masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah. Pajak yang sangat dekat bersinggungan dengan uang mengakibatkan sering dikaitkannya perpajakan dengan peluang criminal kerah putih yakni korupsi. Pada umumnya pengertian dari pajak ialah iuran wajib bagi masyarakat wajib pajak yang telah diatur oleh UU nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Hasil dari pemungutan pajak akan menuju pada kas Negara yang akan digunakan untuk biaya pengeluaran Negara dan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia sendiri perpajakan dikelolah oleh lembaga pemerintahan yaitu Direktorat Jendral Perpajakan di bawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Mengacu pada pengertian pajak dan perpajakan secara yuridis yakni pada UUD  tahun 1945 pasal 23A dan UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan dapat dipaparkan bahwa pajak ialah iuran yang dapat dipaksakan berdasarkan dasar hukum yang jelas dengan tidak adanya timbal balik perseorangan secara langsung. Timbal balik pada asumsi perpajakan dan pajak ialah kontribusi pemerintah terhadap pembangunan dan pengembangan masyarakat dalam jangka panjang dengan menggunakan kas Negara yang merupakan sumber aliran dari dana pajak tersebut.

B.      PRESPEKTIF TEORI AGENDA SETTING MEDIA TERHADAP PERPAJAKAN DAN PUBLIK
‘Kemudahan akses informasi’ ialah semboyan abstraktif dari perkembangan teknologi media komunikasi. Mempermudah public untuk mengakses informasi sesuai dengan kebutuhannya merupakan hasil dari kemajuan dunia IPTEK. Namun dalam berjalannya perkembangan media, terjadi sedikit banyak kendala yang muncul sebagai dampak dari media massa, salah satunya ialah pengendalian pendapat umum. Secara teoritis, proses pembuatan wacana public yang akan berdampak pada ‘labeling’ atau sikap penstereotipan secara egaliter di public tidaklah salah, karena sesuai dengan proses berpikir kritis-rasional manusia merupakan asal-muasal gagasan mengenai penelitian ilmiah.
Namun ketika kita berbicara pada ranah pemerintahan yang mengkhususkan pada hal yang sensitivitasnya tinggi, tentu proses berpikir kritis-rasional bukan satu-satunya solusi untuk penarikan tesis, karena masih dibutuhkannya pengujian dengan antitesis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Dalam persoalan pengendalian proses berpikir kritis-rasional pada masyarakat, banyak di ambil alih perannya oleh media massa.
Pada stigma negatif atau labeling publik terhadap sektor perpajakan di tanah air kita adalah salah satu bukti dari dampak media massa. Pada polanya, media massa lebih menekankan pada pengendalian agenda setting theory pada setiap pemberitaan sensitif. Teori tersebut memaparkan tentang pengendalian proses berpikir masyarakat yang di atur oleh media massa, sehingga apa yang dianggap media massa penting, maka masyarakat harus menganggap penting pula. [1]Oleh karena itu, apabila media massa memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh pada pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan berkaitan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Pada persoalan stigma negatif atau citra buruk dari perpajakan akibat dari kasus korupsi yang di angkat secara intensif oleh media massa, maka secara tidak langsung media massa memberikan bilik ruang penjara bagi perpajakan Indonesia di mata publik, karena publik akan menilai buruknya kasus tersebut.
Padahal, jika di tinjau dari eksistensi sektor perpajakan Republik Indonesia kita ini, kasus korupsi yang terjadi di sektor tersebut hanyalah segelintir krikil yang menerjang jalan laju perpajakan, dan  sektor perpajakan sendiri telah memberikan baktinya dengan sistematis yang sesuai dengan prosedur dan aturan UU.  Namun mengapa kepercayaan masyarakat masihlah tipis terhadap perpajakan Indonesia? Maka jawabannya ialah pengaruh media yang tinggi.

C.      UPAYA PERBAIKAN KINERJA DAN CITRA PERPAJAKAN MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI MASSA
Media massa sangat menunjang citra suatu instansi di mata public atau masyarakat, baik atau buruknya citra instansi, tergantung dari kebenaran yang terjadi dan pengemasan dalam pemberitaan di publik. Dari pemaparan teori agenda setting yang dilakukan oleh media terhadap salah satu kasus yang menimpa sektor perpajakan Indonesia sehingga mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintah itu, merupakan gambaran jelas bahwa media massa masih menjadi dewa pop bagi sebagian besar masyarakat.
Untuk perbaikan kinerja dan citra perpajakan sesuai dengan sedia kalanya merupakan pekerjaan rumah yang sulit. Karena tidak ada kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah yang dapat membuat semua orang senang. Sehingga untuk perbaikan citra tersebut merupakan langkah lanjutan memupuk kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan khususnya sektor perpajakan Indonesia dengan cara pendekatan kepada masyarakat tentang prinsip pembentukan ‘Good Gevormance’. Pendekatan tensebut merupakan salah satu cara menetralisir citra negatif yang terlanjur melekat di memori publik.
Salah satu strategi efektif dalam pendekatan terhadap masyarakat ialah melalui media. Sehingga perlu dijabarkannya strategi ini melalui pendekatan teori komunikasi massa. Seperti halnya media massa yang mampu menghancurkan nama baik sebuah perusahaan, namun media massa pula yang mampu mengangkat derajat perusahaan atau instansi di mata publik.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh sektor perpajakan Indonesia atau lebih tepatnya Direktorat Jendral Perpajakan RI ialah (1) menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dengan cara transparansi, dan perombakan sistem birokasi. Sehingga masyarakat dapat menilai secara substantive bahwa Direktorat Jendral Perpajakan memberikan kemudahan sistem pula kepada masyarakat; (2) melakukan pemberitaan positif terhadap pencapaian sektor perpajakan yang disebar luaskan oleh media massa secara berkala; (3) penerapan sikap egaliter (penyetaraan) terhadap semua warga negara wajib pajak dan menghapuskan sistem ‘lobying’.
Dengan menerapkan 3 poin penting dalam jalannya sektor, maka akan adanya perubahan publik terhadap kepercayaan yang awalnya menipis. Karena pada dasaranya Negara kita diatur oleh Undang-Undang yang merupakan pokok yuridis atau hukum yang jelas, begitu pula pada keinginan publik. Dengan mengacu pada UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka seharusnya tanpa dimintapun informasi mengenai titik capai dan kendala dalam sebuah instansi haruslah bersifat transparan.
Salah satu cara untuk menggapai harapan kepercayaan, kerjasama, bantuan dan pengertian public mengenai jalannya pemerintahan baik pusat maupun sektor-sektornya, ialah melalui pemaparan informasi secara jelas dan teratur melalui media massa secara merata pula. Karena melalui media massa, dengan pemberitaan positif secara berkala, terus-menerus, dan teratur maka secara langsung akan diterapkannya teori hipodermik atau teori jarum suntik kepada masyarakat yang akan mempengaruhi prespektif atau pandangan publik terhadap suatu kebaikan instansi.



PENUTUP
Upaya merubah pendapat dan pandangan umum terhadap suatu instansi permerintah khususnya pada sektor perpajakan dengan nama Direktorat Jendral Perpajakan Republik Indonesia merupakan tugas yang berat dikarenakan lingkungan kerja dari perpajakan itu sendiri yang berhubungan dengan uang, dimana uang merupakan objek pembahasan yang sensitif bagi sebagian besar masyarakat, terlebih pada negara Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya termasuk dalam golongan perekonomian menengan kebawah.
Dengan segala macam pembaharuan teknologi telematika yang menunjang kemajuan kinerja seektor perpajakan Indonesia saja belumlah cukup untuk mengubah cara pandang public terhadap citra negatif dari perpajakan. Masih sedikitnya pemberitaaan kinerja pemerintah khususnya pada sektor perpajakan yang terekspose oleh media, sehingga sebagian besar dari masyarakat belum mengetahui titik capai dan prestasi perpajakan.
Perpajakan pada dasarnya telah memiliki media pemberitaan ang secara intensif dapat di akses oleh masyarakat yakni melalui situs website www.pajak.go.id, namun sekali lagi perpu ditekankan bahwa masyarakat Indonesia bukan pengakses aktif internet dan mereka lebih mengefesienkan pemberitaan yang terekspos oleh media televisi dan surat kabar.
Jumlah dari masyarakat maya atau dalam dunia sosiologi dan komunikasi disebut sebagai cybercommunity  belum mencangkup presentasi tinggi sehingga dinilai masih kurang efektif nya media internet untuk menyebarkan informasi, terlebih tentang pemberitaan positif mengenai titik capai atau hasil pencapain dari suatu instansi pemerintah. Berbeda halnya apabila pemberitaan mengenai hasil pencapaian sektor perpajakan di akses oleh media massa online khusus yang memang sudah dikenal oleh masyarakat sebagai media informasi berita seperti detik.com, republika.com, merdeka.com dan banyak lagi lainnya. Sehingga persoalan media mana yang akan digunakan, media massa online bukanlah tidak mungkin efeesian untuk persebaran informasi khusus masyarakat maya apabila kerjasama yang dilakukan oleh sektor perpajakan Indonesia dengan media massa online. Dan untuk masayarakat nyata, perlu diakannya kerjasama pula dengan media massa elektronik dan cetak sehingga pemeritaan yang akan diadakan secara teratur, dan terus menerus mengenai kinerja pemerintahan dapat di ketahui oleh masyarakat hingga pelosok nusantara.
Hasil yang akan dicapai nantinya bukanlah kemustahilan akan kepercayaan masyarakat yang meningkat terhadap perpajakan Indonesia. Penguasaan teori hipodermik pada media massa dapat membantu menaikan citra perpajakan dimata public dengan menampilkan kebenaran. Kebenaran bukan hanya sisi gelap yang harus terekspose, namun prestasi dan hasil yang membanggakan pula harus dan wajib diketahui oleh masyarakat, sebab masyarakat tidak akan memahami suatu persoalan apabila tidak adanya kejelasan informasi yang di dapatkannya. Kembali pada hakekat yuridis mengenai hak dari masyarakat untuk mengetahui informasi yang telah tertulis pada Undang-Undang Nomor 14  Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, seharusnya pemerintahan khususnnya dalam sektor perpajakan tidak menganggap Undang-Undang tersebut hanya peraturan formalitas saya. Sehingga perlu adanya perombakan birokrasi pelayanan informasi untuk publik. Niscaya Citra dari Direktort Jendral Perpajakan Republik Indonesia akan meningkat dan public akan memberikan respon yang sewarnya mengenai pendapat umum negative yang pernah ada di sektor perpajakan hanya berita basi yang harus di buang.



[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana , Jakarta , 2006, hlm : 279-280

Opini : "Pertelevisian : ‘Nyawa’ Kami di Tangan Negara (TVRI) "


Oleh : Novian Dede Prakoso

Dunia kejurnalistikan merupakan pilar informasi masyarakat yang dapat membuat sebuah evolusi, bahkan revolusi dalam suatu Negara dapat mengendalikan arus pemikiran humani Negara tersebut. Dunia media massa merupakan potret kondisi politik suatu Negara. Video jurnalistik atau lebih disebut dengan televise merupakan teknologi pengembangan dari media jurnalistik cetak yang menyajikan informasi melalui audio visual kepada khalayak.
 Pada hakikatnya, hajat hidup pertelevisian dipengaruhi oleh banyak tidaknya advertaising atau periklanan yang masuk.  Namun tidak semua dari televise di Indonesia menggantungkan hidupnya pada periklanan. Ada salah satu stasiun televise yang tidak sepenuhnya dapat disebut sebagai televise komersil, yakni Televisi Republik Indonesia (TVRI). TVRI menjadi akses utama pemerintahan dalam menyampaikan kebijakannya sehingga TVRI dikenal pula dengan julukan televise nasional.
Televise hasil bentukan Presiden pertama Indonesia, bapak Ir. Soekarno pada tahun 1962 ini, 85% mendapatkan dana oprasionalnya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), sedangkan 15 % lainnya didapatkan dari komersial advertaising atau periklanan (non APBN). Ketergantungan TV nasional pada dana APBN ini mengakibatkan tidak adanya pengendalian secara internal dalam instansi pertelevisian ini, sebab pemegang kendali utama didalamnya ialah politik Negara itu sendiri. Bahkan untuk menetralisir unsur kepolitikan dalam pemerintah TVRI terpaksa harus mengesampingkan unsur dan aturan jurnalistik baku.
Keterbatasan dana APBN serta kebijakan terbatasinya system komersial berupa iklan mengakibatkan tebatasnya pula kendali pengembangan perusahaan baik secara jangakauan, maupun keberagaman program tayangan. Padahal, dalam penayangannya, TVRI lebih condong untuk mengeksplorasi jati diri kebudayaan Indonesia yang mendidik. Kesadaran yang minim dari stasiun televise lain atau televise swasta yang lebih mengarah pada penayangan hiburan modern dan periklanan komersial seakan ingin melepaskan citra kulturalis dalam balutan busana Indonesia.
Dari realitas miris pertelevisian swasta Indonesia, menampakan adanya kepentingan komersial belaka sehingga mengurangi aspek kualitas dari programnya. Jika dilihat dari tujuan utama media massa yaitu menyampaikan informasi yang mendidik, TVRI lah satu-satunya televise yang tetap mempertahankan program tanyangan tentang kebudayaan Indonesia yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan membangun kesadaran rasa nasionalisme. Namun, dengan tujuan yang terhormat, TVRI justru tidak mendapatkan dukungan yang pantas dari pemerintah. Terbukti dari adanya pemotongan dana APBN untuk TVRI sehingga mengakibatkan goyahnya satasiun televise nasional tersebut. Padahal, untuk mensosialisasikan rasa kepemilikan akan budaya Indonesia melalui tayangan audio visual sendiri, haruslah mendapatkan dukungan yang besar berupa financial dan moril dari pemerintah pusat.
Seolah berkeluh kesah kepada generasi penerus bangsa yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa pada hari kamis, 28 Agustus 2014, Ari Purnomo Aji selaku direktur utama TVRI Pusat di daerah Senayan, Jakarta Pusat, dalam diskusi media massa video jurnalistik menyampaikan beberapa kenyataan dan fakta mengenai pertelevisian yang bergerak dibawah kendali pemerintah. “Keterbatasan kami yang disebabkan oleh minimnya dana APBN untuk TVRI, menimbulkan kemerosotan dari kami jika disorot dari segi kuantitas maupun kualitas kami, seperti kurang maksimalnya pemanfaatan teknologi penyiaran, contohnya saja di daerah indonesia sendiri masih terdapat banyak daerah yang tidak bisa jaringan kami menjangkaunya, padahal stasiun televise swasta sudah lama masuk di sana.” Ujar beliau pada diskusi tersebut.
Kemunduran kualitas sumber daya manusia (SDM) tentu saja tidak dapat dihindari oleh seluruh karyawan sebab persoalan financial yang memang sensitive dalam sebuah oprasional. Namun secara internal TVRI tetap menuntut keprofesionalan dari karyawannya. Jalan pintas lain untuk mengatasi keterbatasan dari TVRI, yaitu dengan merevisi pola karakteristik pemberitaan yang dibuat semakin mendidik tanpa ada unsur pembodohan masyarakat.
APBN Negara memang sangat menentukan hidup dan mati dari TVRI, namun dengan kesederhanaan dan minimalnya dana  untuk oprasional, TVRI terus berusaha untuk memberikan informasi yang mendidik serta berkualitas dan tetap berpegang teguh pada tujuan utamanya yaitu menanamkan jati diri bangsa Indonesia yang kaya akan suku dan budaya yang harus dijaga oleh setiap warga Negara Indonesia sehingga timbulah rasa memiliki akan budaya itu sendiri. 


visit : UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA